INDOSatu.co – LAMONGAN – Menghadapi krisis ketahanan pangan, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur sebagai lumbung pangan nasional memperkuat pertahanan persediaan pangan dengan menyediakan lahan seluas 3.000 hektare. Penyediaan lahan untuk sektor pertanian itu karena faktor penunjang tumbuhnya PDRB 33 persen di Lamongan adalah dari sektor pertanian.
Lahan yang disediakan Lamongan itu tersebar di 5 Kecamatan di Kabupaten Lamongan, yang meliputi Kecamatan Babat dengan 1.000 ha, Kecamatan Sugio 500 ha, Kecamatan Pucuk 500 ha, Kecamatan Kedungpring 500 ha, Kecamatan Sukodadi 500 ha dan semua itu diperuntukkan penanaman sorgum.
“Sebagai lumbung pangan nasional dan di tengah ancaman krisis pangan, Lamongan menyediaan lahan tambahan untuk pertanian sorgum dengan tujuan menumbuhkan spirit para petani untuk lebih giat dan tentunya untuk membuka sorgum di pemasaran,” tutur Bupati Lamongan Yuhronur Efendi saat menyambut kunjungan kerja Syahrul Yasin Limpo, Menteri Pertanian Republik Indonesia untuk melakukan panen sorgum, di Desa Gondanglor, Kecamatan Sugio, Lamongan.
Sorgum merupakan jenis pangan nomor 5 setelah padi, jagung, gandum, dan serealia. Sorgum juga unggul dalam kandungan gizi. Selain itu budidaya sorgum lebih mudah jika dibandingkan budidaya tanaman pangan lainnya, karena sorgum tidak membutuhkan banyak air dan hanya 50 persen pemupukan.
Tidak hanya itu. Sorgum juga telah dikreasikan menjadi tepung, kecap, aren, gula, mie instan, roti tawar, dll oleh UMKM Lamongan. Hal tersebut yang menjadikan Lamongan tertarik dengan tanaman sorgum.
“Program prioritas kita sebagai lumbung pangan akan tetap terealisasi dan kita pertahankan, salah satunya dengan tanaman sorgum,” ungkap Pak Yes, sapaan akran bupati Yuhronur.
Langkah pengembangan tanaman sorgum ini akan mendapat pendampingan dan fasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten Lamongan. Pemkab Lamongan sudah menyusun road map, mulai dari pembibitan hingga pemasaran sorgum itu sendiri.
“Kami sudah menyusun road map untuk sorgum ini, karena ini adalah produk unggulan mulai dari lahan lalu pembiayaan dari swadaya APBN terus dibudidaya, dan pemasaran melalui UMKM BUMD di Lamongan,” terang Pak Yes.
Secara rinci, Pak Yes memaparkan hasil panen sorgum pada tahun 2022 ini, penanaman sorgum di Lamongan tercatat 200 ha yang terbagi di 2 Kecamatan yakni, Kecamatan Sugio 10 ha dan Kecamatan Babat 190 ha dengan produksi sorgum sebesar 900 ton senilai 3.6 miliar.
Sementara itu, Menteri Pertanian Syarul Yasin Limpo mengapresiasi upaya Pemkab Lamongan ikut membantu pemerintah menjaga ketahanan pangan nasional. Sorgum merupakan tanaman asli Indonesia. Sorgum rupanya sudah pernah dimanfaatkan nenek moyang terdahulu. SYL, sebutan akrab Syahrul Yasin Limpo, mengajak para petani sorgum untuk mendobrak eksistensi sorgum dengan segala keunggulannya.
“Sorgum ini tanaman asli Indonesia. Sorgum sudah mulai dilupakan oleh kita, karena kita terobsesi dengan gandum. Karena itu, mulai sekarang mari budidaya sorgum yang banyak, dimulai di Lamongan ini karena Pak Bupati sudah menyiapkan 3.000 ha lahan,” tutur Syahrul.
Manfaat yang dimiliki sorgum ini luar biasa bisa dan bisa dilihat dari pemanfaatan seluruh tanaman. Mulai dari akar, batang, biji, hingga daun. Hal itu yang menjadikan Syahrul berambisi dan menaruh harapan besar pada sorgum untuk bisa diperkenalkan ke kancah internasional.
“Sorgum ini luar biasa, dari akarnya bisa dijadikan obat melancarkan peredaran darah, batangnya jadi gula , bijinya jadi pangan, daun jadi pakan ternak, semua bermanfaat dan mengandung nilai ekonomi. Jadi, kita yang harus pintar-pintar mengkreasikan, kalau bisa harus diperkenalkan hingga ke negara lain,” tegas Syahrul.
Berkomitmen memaksimalkan potensi pertanian, setelah melakukan panen raya sorgum. Bupati Lamongan dan juga Menteri Pertanian RI mengikuti tradisi “Miwiti” untuk penanda panen padi seluas 250 ha di Desa Kebalanpelang, Kecamatan Babat, dan melakukan panen langsung menggunakan kecanggilan teknologi combine. (*)