Prancis Diguncang Mogok Massal, Imbas Efisiensi Anggaran Negara

  • Bagikan
IMBAS NEGARA PELIT: Ratusan ribu rakyat Prancis melakukan aksi mogok massal yang digelar di hampir seluruh Prancis akibat kebijakan pemotongan dan efisiensi anggaran oleh pemertintah. (foto: AFP)

INDOSatu.co – PARIS – Prancis diguncang aksi demo dan mogok massal dengan melibatkan massa sebanyak kurang lebih 800 ribu orang. Mereka memprotes kebijakan pemerintah terkait pemotongan anggaran dan juga efisiensi sebesar Rp 44 miliar euro. Karena dengan efisiensi, ekonomi dan daya beli masyarakat kalangan bawah menjadi menurun.

Akibat aksi mogok massal  yang berlangsung di seluruh Prancis itu melumpuhkan transportasi umum dan menutup aktivitas sekolah. Rakyat Prancis meluapkan  kemarahan yang luar biasa.

Sebaliknya, dalam aksi mogok tersebut, serikat pekerja dari berbagai sektor menuntut peningkatan belanja untuk layanan publik, pajak yang lebih tinggi bagi orang kaya, dan pembatalan reformasi pensiun negara yang banyak ditentang.

Baca juga :   Kunjungi Pengrajin Kuningan di Bali, Ketua MPR Dorong UMKM Perkuat Pasar Internasional

”Serikat pekerja besar di seluruh Prancis telah menyerukan pemogokan nasional dan protes massal terhadap rancangan anggaran pemerintah tahun 2026,” kata salah seorang pendemo kepada AFP, Kamis (19/9).

Kebijakan pemotongan anggaran yang dibungkus efisiensi itu sebenarnya telah memakan korban, yakni pelengseran Perdana Menteri Francois Bayrou. Bayrou harus meletakkan jabatannya setelah kalah voting di parlemen Prancis yang menentang kebijakan pemotongan anggaran dan efisiensi. 

Pemerintahan Bayrou kalah dalam mosi tidak percaya pada 8 September lalu. Sebagian besar disebabkan oleh sikap protes anggota parlemen terhadap pemotongan anggaran dan efisiensi.

Presiden Prancis Immanuel Macron akhirnya menunjuk Perdana Menteri baru Sébastien Lecornu. Tetapi, banyak kalangan menilai bahwa proposal anggaran di bawah kepemimpinan Lecornu sebagian besar mengikuti jalur penghematan yang sama seperti Bayrou.

Baca juga :   Tanduk Tiga Periode, Militer Tangkap Presiden dan Kudeta Pemerintah Guinea

Dalam demo tersebut, seorang jurnalis dari France Télévisions dan seorang petugas polisi terluka di Lyon selama bentrokan antara pasukan keamanan dan sekelompok pengunjuk rasa bertopeng di depan pawai anti-efisiensi.

Insiden tersebut terjadi sekitar 90 menit setelah demonstrasi dimulai, yang hingga saat itu telah menarik ribuan orang untuk berunjuk rasa secara damai di pusat kota. Sekitar pukul 12.30 siang, polisi menembakkan gas air mata dalam jumlah besar dan beberapa granat kejut sebagai balasan atas proyektil yang dilemparkan oleh pengunjuk rasa berpakaian hitam yang memimpin pawai.

Baca juga :   Koalisi Tak Temukan Kata Sepakat, Raja akan Umumkan PM ke-10 Malaysia Siang ini

Dari beberapa wilayah melaporkan “banyak proyektil dan ledakan mortir kembang api” yang menargetkan polisi dari garis depan pawai, yang digambarkan sebagai “terdiri dari banyak individu berisiko tinggi yang menghalangi serikat pekerja untuk maju.”

Selama bentrokan, seorang jurnalis mengalami luka bakar dan tinitus setelah terkena tembakan di punggung, meski masih belum jelas apakah cedera tersebut disebabkan oleh mortir kembang api atau granat polisi. Ia dibawa ke rumah sakit. Seorang petugas polisi juga “kehilangan gigi” setelah terkena proyektil. 

Para petugas polisi juga turun ke jalan di Paris. Grégory Jouron, sekretaris jenderal serikat polisi Unité SGP, mengatakan mereka juga mengalami pemotongan anggaran alias efisiensi. (*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *