Militer Ambil Alih Kekuasaan, Pakar Politik Khawatir Gen-Z Terabaikan

  • Bagikan
KENDALIKAN NEGARA: Militer Madagaskar merangsek ke pusat ibu kota setelah Presiden Madagaskar Andry Rajoelina memilih kabur karena keselamatan dan nyawanya terancam. (foto: AFP)

INDOSatu.co – ANTANANARIVO – Tengara Presiden Madagaskar Andry Rajoelina bahwa militer melakukan kudeta pemerintahan dengan cara menunggangi aksi demo Gen Z di negara setempat tak terbantahkan. Kelompok elit militer Madagaskar secara terbuka mengklaim telah mengambil alih kekuasaan.

Sukses Presiden Rajoelina dimakzulkan, militer langsung mengumumkan akan memerintah bersama pemerintahan sipil transisi selama dua tahun ke depan, sampai terselenggaranya pemilu yang demokratis.

Dilansir dari AFP, situasi politik di Madagaskar sendiri saat ini berangsur kondusif. Padahal dalam beberapa minggu sebelumnya, negara di Samudera Hindia itu diguncang aksi demonstrasi besar-besaran oleh Gen-Z. Suasana kondusif begitu cepat setelah kekuasaan diambil alih militer.

Baca juga :   Buka KTT G20, Presiden Jokowi: Mata Dunia Tertuju pada Kita, G20 Harus Berhasil

Sebuah unit militer elit Madagaskar, CAPSAT, mengakui bahwa mereka telah mengambil alih kekuasaan di Madagaskar setelah Majelis Nasional (Parlemen) memilih untuk memakzulkan Presiden Andry Rajoelina setelah berminggu-minggu protes anti-pemerintah.

Sebelumnya pada hari yang sama, Presiden Rajoelina sempat mengumumkan pembubaran majelis nasional. Hal itu dilakukan sebagai upaya untuk memblokir pemungutan suara. Namun, pengumuman pembubaran Majelis Nasional tidak digubris dan berbalik memakzulkan Rajoelina.

Komandan CAPSAT Kolonel Michael Randrianirina membacakan sebuah pernyataan di Istana Presiden yang menangguhkan konstitusi dan mengatakan bahwa unit tersebut akan membentuk sebuah komite pemerintahan yang terdiri dari para perwira dari tentara, sipil, dan polisi nasional.

Baca juga :   Terkait Perjuangan Rakyat Palestina, Gus Yahya: NU Akan Terus Mendampingi

Setelah pengumuman tersebut, para perwira dari unit tersebut berjalan melalui ibu kota, sementara mereka disambut kerumunan rakyat Madagaskar yang berbaris di trotoar, bersorak dan melambaikan tangan saat mereka lewat. Beberapa mengikuti konvoi dengan mobil mereka sendiri, membunyikan klakson mereka sebagai simbol kemenangan.

Pakar Politik Madagaskar, Dr. Luke Freeman dari University College London mengaku justru khawatir dengan nasib Gen Z setelah Rajoelina dimakzulkan. Freeman menyebut pengunjuk rasa Gen Z berisiko terabaikan dari perombakan sistem politik di Madagaskar.

Baca juga :   PMI yang Disiksa Bernama Zailis, Asal Sumbar, Menteri SDM Malaysia: Tidak Lindungi Majikan

”Artinya, setelah berhasil memakzulkan Presiden, Gen Z tidak memiliki peran lagi dalam pemerintahan,” kata Freeman.

Sebagai bagian atas tergulingnya Presiden Rajoelina, Gen Z idealnya tetap diberi peran untuk menyuarakan apa yang menjadi aspirasi dalam pemerintahan transisi yang dikendalikan militer itu. ”Tetapi kita khawatir mereka justru terabaikan,” ujar Freeman.

Sementara itu, sebelum meninggalkan Madagaskar, Presiden Rajoelina menandatangani dekrit pembubaran Majelis Nasional. Kini, pengadilanlah yang memutuskan apakah pembubaran tersebut sah atau tidak. Hanya saja, yang terjadi anggota parlemen justru mengadakan sidang luar biasa untuk memakzulkan Rajoelina. (*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *