Tuding Presiden Kolumbia “Pengedar Narkoba”, Petro: Trump Tertipu

  • Bagikan
BERSITEGANG: Presiden AS Donald Trump (kiri) dan Presiden Kolombia Gustavo Petro.

INDOSatu.co – WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali bikin ulah. Dalam sebuah unggahan di media sosial, Trump menuding Presiden Kolombia Gustavo Petro sebagai “pengedar narkoba ilegal” yang “berperingkat rendah dan sangat tidak populer.”

Saat berada di resor Mar-a-Lago di Florida, Trump menyebut bahwa Petro sangat mendorong produksi narkoba besar-besaran, baik di ladang besar maupun kecil di seluruh Kolombia.

“Petro tidak melakukan apa pun untuk menghentikannya (peredaran narkoba, Red), meskipun ada pembayaran dan subsidi skala besar dari AS yang tidak lebih dari sekadar penipuan jangka panjang terhadap Amerika,” kata Trump dilansir Reuters, Ahad (19/10).

“Mulai hari ini, Pembayaran ini, atau bentuk pembayaran lainnya, atau subsidi, tidak akan lagi diberikan untuk Kolombia,” sambung kata Trump. 

Baca juga :   Austria Cabut Turki dari Daftar Merah Covid-19

Menanggapi tudingan tanpa dasar itu, Presiden Petro meradang. Petro mengatakan bahwa Trump ditipu oleh kelompok dan penasihatnya dalam mengumumkan berakhirnya bantuan AS ke negaranya.

Petro menuduh pemerintah AS melakukan pembunuhan dan menuntut jawaban atas serangan terbaru Amerika di perairan Karibia. AS mengatakan pada hari Sabtu bahwa mereka akan memulangkan dua korban selamat dari serangan itu ke Kolombia dan Ekuador, yang keenam sejak awal September. Setidaknya 29 orang tewas dalam serangan yang menurut AS menargetkan terduga pengedar narkoba.

Pada September lalu, Trump menuduh Kolombia gagal bekerja sama dalam perang melawan narkoba, meskipun pada saat itu Washington telah mengeluarkan keringanan sanksi yang dapat memicu pemotongan bantuan.

Kolombia, menurut Trump, adalah pengekspor kokain terbesar di dunia, dan budidaya daun koka, bahan penting dalam perang melawan narkoba, mencapai titik tertinggi sepanjang masa tahun lalu, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa. 

Baca juga :   Tanggapi Menlu China, LaNyalla: Justru China yang Harus Introspeksi Atas Klaim Laut China Selatan

Bahkan baru-baru ini, Departemen Luar Negeri AS menyatakan mencabut visa Petro saat ia berada di New York untuk menghadiri Sidang Umum PBB karena partisipasinya dalam protes yang menyerukan agar tentara Amerika berhenti mengikuti perintah Trump.

“Saya meminta seluruh prajurit Angkatan Darat Amerika Serikat, jangan arahkan senapan kalian ke arah kemanusiaan,” tegas Petro.

Petro mengatakan, seorang pria Kolombia tewas dalam serangan 16 September dan mengidentifikasinya sebagai Alejandro Carranza, seorang nelayan dari kota pesisir Santa Marta. Ia mengatakan bahwa Carranza tidak terkait dengan perdagangan narkoba dan bahwa kapalnya sedang tidak berfungsi saat ditabrak.

Baca juga :   Forum R20 Hadirkan Belasan Tokoh Agama Jadi Pembicara, Jadi Gelaran Agama Terbesar

“Para pejabat pemerintah AS telah melakukan pembunuhan dan melanggar kedaulatan kami di perairan teritorial,” tulis Petro di X. “Kapal Kolombia itu terombang-ambing dan menyalakan sinyal marabahaya, dengan satu mesin menyala. Kami menunggu penjelasan dari pemerintah AS.”

Petro mengatakan, bahwa ia telah memberi tahu Kejaksaan Agung dan menuntut agar mereka segera mengambil tindakan hukum di pengadilan internasional dan AS. Ia terus mengirimkan serangkaian pesan hingga Minggu dini hari tentang pembunuhan tersebut.

“Amerika Serikat telah menginvasi wilayah nasional kami, menembakkan rudal untuk membunuh seorang nelayan sederhana, dan menghancurkan keluarganya, anak-anaknya. Ini adalah tanah air Bolívar, dan mereka membunuh anak-anaknya dengan bom,” tulis Petro. (*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *