Prabowo dalam Pusaran Kontroversi Kereta Cepat Whoosh

  • Bagikan

PRESIDEN Prabowo Subianto akhirnya bikin pernyataan yang sangat mengejutkan banyak orang. Statemen itu terkait kontroversi proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau “Whoosh”. Pernyataan Prabowo langsung viral di berbagai media. Banyak nitizen yang tdak sependapat dengan statemen sang presiden.

‘’Tidak usah khawatir soal Whoosh. Saya sudah mempelajari semuanya. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Pemerintah akan bertanggung jawab sepenuhnya,’’ tegas Prabowo. (Sindonews, 6 November 2025).

Belakangan ini, banyak yang mengkritik Kereta Cepat Whoosh, hasil kerja sama Indonesia-China. Ada yang mencurigai biaya pengadaan Whoosh itu di-mark up gila-gilaan. Begitu pula persentase bunga pinjamannya. Whoosh sudah melayani penumpang Jakarta-Bandung (PP) sejak 2023. Infonya, hingga 2025 ini sudah melayani 12 juta orang.

Mantan Menko Polhukam Mahfud MD juga ikut bicara. Mahfud menyatakan, proyek kereta cepat Whoosh semula akan bekerja sama dengan Jepang. Biayanya 3,3 miliar USD. Bunga pinjaman 0,1 persen per tahun, selama 40 tahun.

Tetapi, tiba-tiba proyek itu dialihkan ke China. Biayanya ditetapkan 5,5 miliar USD, atau sekitar Rp 80 triliun. Kemudian, naik/membengkak menjadi 6,07 miliar USD, lalu naik lagi menjadi 7,27 miliar USD, atau sekitar Rp 118 triliun, dengan bunga 3,4 persen per tahun. (metrotv, 29 oktober 2025). Biaya proyek Whoosh, 75 persen merupakan utang (pinjaman) dari CDB (China Development Bank). Yang 25 persen dari Indonesia.

Banyak pihak yang mencurigai ada ketidakberesan dalam proyek Whoosh. Selain ada pembengkakan biaya, juga ada kenaikan bunga yang sangat signifikan. Sampai-sampai ada yang membandingkan antara biaya Whoosh dengan biaya pembangunan kereta api cepat di Arab Saudi.

Baca juga :   Pilkada Jakarta 2024, PDIP yang Berharap Menang

Biaya pembangunan Whoosh Jakarta-Bandung sepanjang 142 kilometer menghabiskan biaya 7,27 miliar USD, atau sekitar Rp 113 triliun. Sedangkan Arab Saudi membangun kereta cepat Jeddah-Riyadh sepanjang 1.500 kilometer dengan biaya 7 miliar USD.

Banyak kritik di media, juga menyangkut tentang pihak yang harus membayar utang untuk biaya proyek Whoosh. Awalnya, proyek itu ditegaskan tidak akan membebani APBN. Pemerintah Indonesia tidak ikut cawe-cawe dalam urusan pembayaran utang proyek Whoosh. Tetapi, belakangan ini diberitakan bahwa utang itu akan dibayar melalui APBN.

Di tengah kontroversi soal pembayaran utang proyek Whoosh, Presiden Prabowo menegaskan bahwa pihaknya sudah mempelajari semua hal yang terkait dengan Whoosh. Katanya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Dan, pemerintah akan bertanggung jawab sepenuhnya.

Satu sisi, mungkin pernyataan Prabowo itu dimaksdkan agar polemik terkait proyek Whoosh tidak terus berkepanjangan di masyarakat. Presiden berharap, dengan adanya penegasan itu, masyarakat menjadi tenang, tidak gaduh, dan tidak lagi membicarakan/ mempermasalahkan proyek Whoosh. Prabowo mungkin juga bermaksud agar pihak China tenang karena sudah ada jaminan bahwa duit mereka akan dibayar sesuai dengan komitmen awal.

Tetapi, di balik pernyataan Prabowo di atas, ada beberapa hal yang perlu dikhawatirkan. Juga, perlu ada penjelasan lebih lanjut dan detail. Beberapa kekhawatiran itu, pertama, jangan-jangan ada bisikan (baca: tekanan) dari beberapa orang tertentu terhadap Prabowo, sehingga presiden membuat pernyataan seperti itu.

Baca juga :   Berharap Kepastian Hukuman; Surat Terbuka untuk Ketua Umum PBNU

Kekhawatiran kedua, jangan-jangan ada tekanan secara halus, tidak kasat mata, dari penguasa di China. Mengingat, sebagian besar dana pembangunan Whoosh itu berasal dari pinjaman bank China.

Kekhawatiran berikutnya (ketiga), pernyataan Presiden Prabowo tersebut seolah menegaskan bahwa tidak ada masalah dalam proyek Whoosh. Itu berarti, adanya dugaan mark-up gila-gilaan dalam biaya proyek, dan tingginya bunga pinjaman, dianggap hoaks, dianggap hanya omon-omon saja. Padahal, konon, katanya, saat ini KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) wis kadung turun lapangan untuk melakukan penyelidikan terkait proyek Whoosh tersebut.

Nah, jika kekhawatiran itu betul terjadi sungguhan, tentu kita sangat prihatin. Satu sisi, adanya tekanan dari pejabat lama, itu berarti mengindikasikan bahwa Presiden Prabowo belum sepenuhnya kuat dan mandiri. Prabowo masih dapat dikendalikan (di-remote) oleh pihak tertentu. Apalagi, jika kekhawatiran ada tekanan dari China itu nyata adanya, itu berarti kedaulatan Prabowo, dan kedaulatan negara kita tercinta ini sudah tergadaikan. Ngeriii dehhh….

Polemik soal pembayaran utang untuk proyek Whoosh makin panas setelah Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan, APBN tidak untuk membayar utang Whoosh. Pernyataan Purbaya itu ditanggapi serius oleh Luhut Binsar Pandjaitan (LBP). LBP yang mengaku dirinya lebih senior dan kaya pengalaman sebagai menteri, terkesan sangat marah terhadap Purbaya.

Selain LBP, Megawati Soekarnoputri (emak-e PDI-P Perjuangan) juga tidak tinggal diam. Dia dengan keras mengingatkan Purbaya agar tidak terlalu overacting. Jare Bu Mega, presiden saja bisa dijatuhkan, apalagi hanya seorang menteri. Kata Bu Mega berapi-api.

Baca juga :   Implikasi Mahalnya Biaya Caleg

Kita berdoa dan berharap, tidak ada tekanan terhadap Presiden Prabowo, bak dari dalam negeri maupun dari pihak luar. Kalau toh ada, semoga Prabowo sebagai seorang kesatria sejati berani menolak apapun bentuk tekanan itu.

Kita juga berharap, kontroversi proyek Whoosh yang dicurigai ada permainan tingkat tinggi itu tetap diusut dan diselesaikan dengan baik. Jangan belum apa-apa sudah dinyatakan tidak ada masalah.

Pengusutan hal-hal yang mencurigakan dalam proyek Whoosh itu senafas dengan tekad Prabowo yang hendak menekan dan membersihkan penyakit korupsi di negeri ini. Sebaliknya, jika kecurigaan dalam proyek Whoosh dibiarkan begitu saja, itu berarti bertolak belakang (kontradiksi) dengan semangat pemberantasan korupsi.

Saya yakin, sangat banyak (mayoritas, kali ya…) rakyat di negeri ini yang salut terhadap pernyataan dan tindakan Purbaya, sejak dia dilantik sebagai Menkeu. Banyak gebrakan positif yang sudah dilakukan Purbaya.

Jangan sampai, hanya karena ada tekanan dari seorang LBP, dan dari Bu Megawati, peran Purbaya menjadi dibatasi. Doa yang baik-baik untuk Pak Presiden Prabowo Subianto beserta seluruh anggota Kabinet Merah Putihnya. Bangkitlah Bangsaku, Maju dan Jayalah Negeriku… (*)

DR. H. Mundzar Fahman, MM,;
Penulis adalah mantan wartawan Jawa Pos, tinggal di Bojonegoro, Jawa Timur.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *