SETELAH disumpah menjadi Presiden República Democratica de Timor-Leste (selanjutnya Timor-Leste), Dr. Jose Ramos-Horta segera mengkonsulidasikan kelompok-kelompok kepentingan politik internal Timor-Leste. Konsolidasi tersebut seperti pertemuan resmi dengan Perdana Menteri, Presiden Parlemen Nasional dan juga Partai Fretilin. Konsolidasi internal ini adalah satu agenda Presiden Ramos Horta untuk menyatukan persepsi tentang dinamika politik dalam negeri dan juga politik luar negeri.
Dalam kampanye pemilihan Presiden bulan Maret dan April 2022, Presiden Jose Ramos-Horta menyampaikan bahwa prioritas politik luar negeri Timor-Leste pada periode kepemimpinannya adalah memperkuat hubungan bilateral dengan negara-negara tetangga, khususnya Indonesia dan Australia. Selain itu, yang tidak kalah penting adalah memastikan bahwa Timor-Leste memiliki peluang untuk menjadi anggota Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) pada kepemimpinan ASEAN di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Makna kepemimpinan Indonesia di ASEAN dan masuknya Timor-Leste dalam keanggotaan ASEAN jangan hanya simbolik dan historik bagi kedua negara. Timor-Leste mengajukan keanggotaan ASEAN pada 4 Maret 2011. Saat itu, yang memimpin organisasi ASEAN, juga Indonesia. Perdana Menteri Xanana Gusmão dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ketika itu mendiskusikan secara matang dan mendalam terkait keinginan Timor-Leste menjadi anggota ASEAN tersebut.
Dan setelah sebelas tahun, Indonesia akan segera memimpin kembali organisasi ASEAN. Diharapakan, dibawah kepemimpinan Indonesia, Timor-Leste dapat diterima sebagai anggota ASEAN. Adalah Jose Rasmos-Horta yang pertama kali mencetuskan cita-cita Timor-Leste menjadi Anggota ASEAN dalam pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri Indonesia Mr. Adam Malik tahun 1974 ketika ia mengunjungi Jakarta. Dan telah menjadi konsensus politik bagi semua leader pasca restorasi kemerdekaan tahun 2002.
Timor-Leste dan Indonesia diakui memiliki hubungan kelam di masa lalu. Tetapi juga harus diakui bahwa kedua negara memiliki hubungan spesial di masa kini dan yang akan datang. Timor-Leste dan Indonesia memiliki kepentingan sama dalam menciptakan perdamaian di tingkat regional dan Internasional. Bahkan. Timor-Leste dan Indonesia dengan kesadaran sendiri berusaha akan menyelesaikan persoalan masalah lalu antar mereka dengan membentuk Komisi Kebenaran dan Persahabatan tanpa harus mendapatkan intervensi dari negara-negara luar.
Timor-Leste dan Indonesia juga memprakarsai program Rekonsiliasi yang dicetuskan oleh Kay Rala Xanana Gusmão sebagai pemimpin Timor-Leste. Dalam konteks keanggotaan Timor-Leste dalam ASEAN, Indonesia adalah pendukung utama dengan memberikan fasilitas berupa pendampingan untuk mempersiapkan Timor-Leste menuju ASEAN. Dalam konteks pembangunan sumber daya manusia, ribuan generasi muda Timor-Leste telah melanjutkan pendidikan di berbagai perguruan tinggi, baik itu perguruan tinggi negeri maupun swasta di Indonesia khususnya di pulau Bali dan Jawa.
Timor-Leste memandang bahwa Indonesia adalah potensi regional yang dapat diperhitungkan dalam konteks geopolitik dan geoestrategis, terutama keanggotaaanya dalam ASEAN, ARF dan juga perannya dalam organisasi multilateral lainnya. Oleh karena itu, tak heran jika Presiden Jose Ramos Horta memilih Indonesia sebagai negara yang pertama dalam kunjungan luar negerinya. Pada 18-25 Juli 2022 adalah waktu yang dipilih oleh Presiden Jose Ramos-Horta untuk mengunjungi Indonesia. Kunjungan itu dinilai oleh banyak pihak sangat sukses karena mendapatkan penerimaan yang sangat istimewa dari pemerintah Indonesia, dan dilanjutkan dengan dialog-dialog di media dan juga berbagai universitas di Jakarta.
Dalam kunjungannya, Presiden Jose Ramos-Horta tidak hanya melakukan diplomasi formal dengan melakukan pertemuan bilateral bersama Presiden Joko Widodo dan jajaran kabinetnya, tetapi juga melakukan cultural diplomacy dengan mengunjungi dua organisasi kemasyarakatan tertua dan terbesar di Indonesia, yakni Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU). Kedua organisasi ini menurut persepsi Presiden Jose Ramos Horta adalah non-state actors yang dapat mempengaruhi dan menciptakan perdamaian di Indonesia dengan menfokuskan kepada moderasi Islam dan toleransi beragama.
Menurut Presiden Jose Ramos-Horta bahwa demokratisasi Indonesia tidak terlepas dari kontribusi Muhammadiyah dan NU sebagai kelompok civil society di Indonesia. Melihat dan mengamati kontribusi Muhammadiyah dan NU dalam pembangunan dan perdamaian di Indonesia, Presiden Jose Ramos-Horta sebagai peraih nobel perdamaian 1996, mengusulkan kepada komite nobel perdamaian di Norwegia agar memilih Muhammadiyah dan NU sebagai peraih nobel perdamaian di masa yang akan datang.
Bahkan, Presiden Jose Ramos-Horta pada bulan Maret 2022 telah memberikan rekomendasi agar Muhammadiyah dan NU dapat bergabung dengan organisasi PBB UNESCO serta dapat meraih Zayed Award for Human Fraternity. Karakter dan budaya dialog yang selalu dikembangkan oleh Presiden Jose Ramos-Horta tidak hanya dilakukan dengan kelompok-kelompok seperti Muhammadiyah dan NU sebagaimana disebutkan di atas, tetapi ia juga selalu membuka diri untuk mengunjungi kelompok-kelompok minoritas dan kekuatan politik di dalam negara Timor-Leste. Ia juga kerap mengunjungi komunitas Muslim dan Protestan di Dili, Baucau, dan lain sebagainya.
Timor-Leste dan Indonesia serta Australia adalah negara tetangga. Sehingga, merupakan kewajiban bagi ketiga negara, rakyat dan elemen-elemen di dalamnya untuk dapat membangun hubungan yang lebih erat, saling menghargai, dan saling menguntungkan. Semoga.
Júlio Tomás Pinto;
Penulis adalah Dosen Departemen Ilmu Politik Universidade Naconal de Timor-Leste, Menteri Muda Partahanan Timor-Leste 2007-2015.



