INDOSatu.co – JAKARTA – Imbauan menarik datang dari Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja Parekraf KSPSI Moch. Jumhur Hidayat, terkait berkembangnya sistem pembayaran yang semakin meninggalkan transaksi uang tunai dalam beberapa tahun belakangan ini.
Jika sebelumnya publik dikenalkan kartu kredit dan kartu debet, kini beralih ke sarana m-banking dan e-wallet atau dompet elektronik yang dilengkapi sistem pembayaran QRIS. Sistem tersebut diakui Jumhur memang sangat aman dan efisien.
Meski demikian, sistem pembayaran seperti itu, kata Jumhur, juga menggerus hubungan batin antara pelayan dan pelanggan saat berada di restoran karena kesulitan bila mau memberi tip (uang tambahan). Imbauan tersebut disampaikan Jumhur memberi briefing Forum Konsolidasi Serikat Pekerja Parekraf DKI di Jakarta Pusat, belum lama ini.
“Hubungan antara pelanggan dan pelayan restoran menjadi terasa hambar. Padahal ekspresi berbagi itu adalah memberi. Karena itu, jika fasilitas untuk memberi tip dihapus, maka sama dengan menghapus sarana untuk mengekspresikan berbagi ke sesama,” ujar Jumhur.
Lebih lanjut, Jumhur menjelaskan, sebuah hal yang wajar bila pelayan menghadirkan kerja terbaik dengan mengharapkan tip yang kelak akan dibagikan lagi pada para pelayan.
“Kalau proses memberi dan menerima ini terbingkai dalam mekanisme pasar pelayanan, saya rasa itu bagus sekali. Semakin baik pelayanan tentunya akan semakin banyak pula tip-nya,” kata Jumhur.
Menurut Jumhur, urusan tip itu jangan dianggap enteng. Menurut data BPS, pada tahun 2023 saja pendapatan usaha atau omzet restoran dan rumah makan itu hampir Rp 540 triliun dan sekitar Rp. 52 triliun diberikan kepada sekitar 2 juta lebih pekerja.
Kalau saja ada tip rata-rata 5 persen dari omzet tersebut, berarti ada sekitar Rp 27 triliun tambahan uang beredar di masyarakat bawah dan tentunya bisa meningkatkan daya beli masyarakat. Karena itu, Jumhur mengimbau agar setiap meja restoran menyediakan QRIS khusus untuk tip bagi pelayan.
“Sudah selayaknya kita memfasilitasi mereka yang mau berbagi, apalagi dalam situasi ekonomi yang saat ini tingkat daya beli masih rendah di kalangan bawah,” pungkas Jumhur. (*)



