INDOSatu.co – JAKARTA – Mantan Menteri Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan akhirnya buka suara. Luhut merespon terkait temuan Bandara Khusus Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) Morowali, Sulawesi Tengah yang operasionalnya tidak disertai perangkat negara.
Luhut mengaku ikut bertanggung jawab sebagai bagian dari upaya mendongkrak investasi ke dalam negeri.
“Sebagai mantan Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi, saya bertanggung jawab atas perencanaan dan pengembangan investasi nasional selama kurang lebih sebelas tahun,” ungkap Luhut dalam keterangannya di Jakarta, Senin (1/12).
Luhut mengungkapkan, kala itu melihat perlunya perubahan besar agar Indonesia mendapatkan nilai tambah yang lebih baik dari sumber daya yang dimiliki Indonesia, termasuk gagasan soal hilirisasi, yang sudah dipikirkan sejak menjabat di Kementerian Perindustrian dan Perdagangan pada tahun 2001.
“Salah satu tonggak awalnya adalah pembangunan kawasan industri Morowali yang dimulai pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan diresmikan pada era Presiden Joko Widodo. Dari situlah lahir pemikiran bahwa Indonesia tidak boleh terus mengekspor bahan mentah,” ujar dia.
Namun, Luhut mengakui bahwa mendatangkan investor asing bukanlah hal mudah. Setelah mempelajari kesiapan negara-negara dari segi investasi, pasar, dan teknologi, hanya China yang saat itu siap dan mampu memenuhi kebutuhan Indonesia.
“Atas izin Presiden Joko Widodo, saya bertemu Perdana Menteri Li Qiang untuk menyampaikan permintaan Indonesia agar China dapat berinvestasi dalam pengembangan industri hilirisasi,” katanya.
Ia menyampaikan, hilirisasi nikel dimulai dari penghentian ekspor nickel ore, yang sebelumnya hanya menghasilkan sekitar 1,2 miliar dolar AS per tahun.
“Namun setelah melalui pembahasan mendalam, saya mengusulkan secara formal hilirisasi kepada Presiden (Joko Widodo). Saya sampaikan bahwa dua hingga tiga tahun pertama akan berat, tetapi setelah itu manfaatnya akan terlihat jelas,” ujar Luhut.
Terkait Bandara IMIP, Luhut menuturkan, pembangunan bandara IMIP merupakan salah satu fasilitas yang diberikan Indonesia kepada investor dari China, yang nilainya mencapai lebih dari 20 miliar dolar AS, menyerap lebih dari 100 ribu tenaga kerja.
Bandar itu, diklaim Luhut memberikan dampak pertumbuhan ekonomi daerah secara signifikan sampai saat ini.
“Itu (bandara, red) diberikan sebagai fasilitas bagi investor, sebagaimana lazim dilakukan di negara-negara seperti Vietnam dan Thailand. Jika mereka berinvestasi 20 miliar dolar AS, wajar mereka meminta fasilitas tertentu selama tidak melanggar ketentuan nasional,” kata Luhut.
Luhut menyatakan, bandara IMIP hanya untuk keperluan penerbangan domestik. Sehingga tidak memerlukan bea cukai atau imigrasi sesuai aturan perundang-undangan. ‘’Tidak pernah kami pada saat itu mengizinkan bandara di Morowali atau Weda Bay menjadi bandara internasional,” pungkas Luhut. (*)



