Bukti “Harian KR” Tidak Otentik (Palsu?), Seputar Konpres Bareskrim

  • Bagikan

SEBENARNYA saya tidak perlu membahas soal ini lagi. Sebab, selain sudah banyak “bukti-bukti kontroversial” yang ditampilkan saat Konferensi Pers Bareskrim Polri pada Kamis (22/5), saat ini TPUA (Tim Pembela Ulama & Aktivis) juga sedang mendesak agar dilakukan Gelar Perkara Khusus akibat tidak prosedural dan tidak transparannya gelar perkara yang sudah diselenggarakan dua pekan lalu itu.

Namun, karena kebetulan fakta yang diungkap ini sangat krusial dan menunjukkan kesalahan besar dalam “barang bukti” yang ditampilkan saat Konferensi Pers tersebut, maka hal ini perlu ditampilkan agar semua pihak tahu apa sebenarnya yang terjadi dan (mungkin) ini termasuk juga salah satu tindakan yang tidak sepatutnya dilakukan oleh institusi sekelas Laboratorium Forensik Bareskrim yang disebut-sebut sudah memiliki kualitas internasional dan bahkan menjadi benchmark negara-negara lain.

Pertama perlu dijelaskan dalam hal ini saya menggunakan tayangan dari TV CNN Indonesia yang YouTube-nya bisa dilihat melalui link www.youtube.com/live/Wl9vrctKVDY. Tayangan ini yang dipilih karena kebetulan posisi kameranya tepat tegak lurus dari depan meja konpers dan bisa menampilkan keseluruhan gambar termasuk layar besar di belakang pembicara. Hal ini penting agar bisa didapatkan sudut penglihatan yang luas dan ideal.

Selain “barang bukti” lain yang sudah dibahas (baca: dipertanyakan) oleh Dr Rismon Hasiholan Sianipar atau RHS dan dr Tifauzia Tiassuma (dokter Tifa) seperti Lembar Pembayaran SPP, Formulir Heregistrasi, Kartu Hasil Studi (KHS) dan sebagainya, disini saya khusus hanya mencermati tampilan yang disebut-sebut sebagai Koran Harian Kedaulatan Rakyat (KR) edisi hari Jumat Kliwon 18 Juli 1980. Mengapa harian KR ini sangat penting, karena dikatakan juga bahwa didalamnya terdapat Lembar Pengumuman Hasil Ujian Masuk Proyek Perintis I UGM tahun 1980.

Baca juga :   Sebentar Lagi Ijazah Jokowi Terbongkar

Tidak ada yang hanya kebetulan kalau Tuhan YME, Allah SWT (lagi-lagi) memberikan petunjuk-NYA. Sebagaimana mendadak ada pengakuan jujur dari Pak Kasmudjo yang mengaku bukan dosen pembimbing skripsi Jokowi dan dia masih Asisten Dosen (sehingga tidak mungkin jadi Dosen Pembimbing Akademik) saat tahun 80-an itu. Kebetulan tanggal tersebut merupakan hari istimewa bagi saya yang tepat berusia 12 (duabelas) tahun dari tahun kelahiran 1968.

Karena itu, saya sangat concern dan tertarik dengan penulisan hari, pasaran, tanggal Masehi dan penanggalan jawa yang tertulis di Harian KR,– yang dijadikan “Barang Bukti” Konferensi Pers tersebut. Bila barang bukti itu memang benar atau otentik yang terbit 18 Juli 1980 kala itu, maka seharusnya tertulis Jumat Kliwon 18 Juli 1980 (5 PASA 1912). Sebagaimana diketahui Harian KR selalu menuliskan tanggal penerbitannya dalam dua versi, yakni Masehi atau Nasional dan penanggalan jawa.

Baca juga :   Jawaban Terbuka kepada Hotman Paris Hutapea

Namun apa keanehan yang terjadi? Terlihat dalam Layar Lebar dibelakang Meja KonPres terpampang “Harian KR” yang tertulis JUM’AT KLIWON 18 JULI 1980 ( 5 PUASA 1912 ), hal ini senada dengan Narasi yang disampaikan oleh BrigJen Djuhandhani dimenit ke-16 detik ke-50 tayangan YouTube CNNI tersebut, dimana yang disebut adalah kata PUASA (dan bukan PASA, sebagaimana seharusnya). Hal ini kelihatannya sepele, namun sangat fatal, karena telah menunjukkan kesalahan besar dalam menampilkan “barang bukti” tersebut.

Jelas tidak ada kata PUASA dalam bulan penanggalan jawa, karena seharusnya yang benar adalah PASA (dibaca POSO untuk lafalnya). Dimana bulan PASA ini merupakan bulan ke-9 (sembilan), dimana urutan lengkapnya adalah: 1. Sura, 2. Sapar, 3. Mulud, 4. Bakda Mulud, 5. Jumadil Awal, 6. Jumadil Akhir, 7. Rejeb, 8. Ruwah, 9. Pasa, 10. Sawal, 11. Dulkangidah, 12. Besar. Senada dengan Jawa, dalam tahun Islam / Hijriyah, urutan bulan adalah sbb: 1. Muharram, 2. Shafar, 3. Rabiul Awwal, 4. Rabiul Akhir, 5. Jumadil Awwal, 6. Jumadil Akhir, 7. Rajab, 8. Sya’ban, 9. Ramadhan, 10. Syawal, 11. Dzulqa’dah, 12. Dzulhijjah

Baca juga :   Pasal “Penyiaran Berita Bohong dan Keonaran” Indonesia Lebih Kejam dari Penjajah (Bagian-1)

Saya sangat yakin bahwa Redaksi Harian KR (yang asli di Jogja) pasti tidak akan mungkin membuat kesalahan fatal diatas, karena template bulan penanggalan Jawa tersebut sudah dilakukan semenjak harian ini terbit pada 27 September 1945 alias sudah hampir berusia 80 (delapan puluh) tahun bulan September mendatang.

Kesalahan fatal penulisan PUASA (seharusnya PASA) ini jelas merupakan salah satu Petunjuk Allah SWT untuk orang-orang yang berniat buruk dan licik mau melakukan rekayasa barang bukti, mau menuliskan (seolah-olah) ada nama tertentu dalam Pengumunan PP I UGM di harian tersebut.

Kesimpulannya, sudah terlalu banyak keanehan maupun kesalahan yang terbukti, mulai dari ijazah 1120 yang tidak identik dengan 1115, 1116 dan 1117, kemudian skripsi tanpa lembar pengujian dan lembar pengesahannya diragukan, juga berkas-berkas “Sarjana Muda” yang ditemukan, hingga penulisan PUASA yang salah total, dari seharusnya PASA di Harian KR terbitan 18/Juli 68 ini.

Ingat, kita tetap percaya mau direkayasa apapun, Teknologi akan bisa membongkar kepalsuannya dan Gusti Allah SWT mboten Sare (tidak tidur). Kalau memang salah, seharusnya Seleh… (*)

Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes; 
Penulis adalah Pemerhati Telematika, Multimedia, AI & OCB Independen.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *