INDOSatu.co – ANTANANARIVO – Dalam sebulan terakhir, Madagaskar dikepung aksi demo akibat ketidakpuasan terhadap pemerintah. Tak kunjung reda, pemerintah ingin memanfaatkan tentara untuk meredam aksi demo tersebut. Namun, mereka justru menolak dan malah bergabung dengan para demonstran di ibu kota Antananarivo dan tidak mau menembak para demonstran.
Yang terjadi justru sebaliknya. Polisi yang malah menggunakan granat kejut dan gas air mata untuk meredam aksi protes demonstran. Para tentara mengaku akan menolak mentah-mentah perintah apa pun untuk menembak demonstran. Sikap tentara tersebut disambut para demostran dengan sorak-sorai ketika tiba di pusat keramaian di dekat area Danau Anosy.
Dilansir dari AFP, kelompok tentara Madagaskar memilih bergabung dengan ribuan pengunjuk rasa di ibu kota pada hari Sabtu setelah mereka mengumumkan akan menolak perintah apa pun untuk menembak demonstran.
Demonstrasi baru yang dipimpin pemuda di ibu kota Antananarivo melibatkan banyak massa sejak gerakan protes meletus di pulau Samudra Hindia itu pada 25 September lalu tersebut.
Setelah polisi menggunakan granat kejut dan gas air mata untuk mencoba membubarkan para demonstran, tentara tiba di pusat kerumunan di dekat area Danau Anosy di mana mereka disambut dengan sorak-sorai.
Para pengunjuk rasa meneriakkan “Terima kasih!” kepada para prajurit, beberapa di antaranya melambaikan bendera Madagaskar. Pada pertemuan di barak tentara di pinggiran kota sebelumnya, para tentara mengatakan mereka tidak akan mengambil tindakan terhadap para pengunjuk rasa.
“Mari kita bersatu, militer, polisi, dan aparat penegak hukum, dan tolak bayaran untuk menembak teman, saudara, dan saudari kita,” ujar para prajurit di pangkalan di distrik Soanierana dalam sebuah video yang diunggah di media sosial.
Mereka meminta tentara di bandara untuk “mencegah semua pesawat lepas landas” dan mereka yang berada di kamp lain untuk “menolak perintah untuk menembak teman-teman Anda”.
“Tutup gerbang dan tunggu instruksi kami,” kata mereka. “Jangan patuhi perintah atasan kalian. Arahkan senjata kalian kepada mereka yang memerintahkan kalian untuk menembak rekan seperjuangan kalian, karena mereka tidak akan mengurus keluarga kami jika kami mati.”
Demonstrasi pada hari Sabtu merupakan demonstrasi terbesar dalam beberapa hari terakhir dalam gerakan yang dipimpin pemuda yang dipicu oleh kemarahan atas kekurangan listrik dan air dan berkembang menjadi gerakan antipemerintah yang lebih luas.
Tidak jelas berapa banyak prajurit yang bergabung dalam panggilan tersebut pada hari Sabtu. (*)



