INDOSatu.co – JAKARTA – Kasus dugaan ijazah palsu milik mantan Presiden Joko Widodo memasuki babak baru. Pasca Dirtipidum Bareskrim Polri merilis hasil ijazah Jokowi belum lama ini, Roy Suryo, akhirnya melakukan hal serupa. Dia melakukan identifikasi ijazah Jokowi itu dengan metode persis seperti yang digunakan Puslabfor Bareskrim Mabes Polri.
Setidaknya, ada delapan poin yang dijelaskan secara jlentreh oleh Pakar Telematika itu. Pertama, Roy Suryo sengaja menggunakan metode sama persis dengan yang dilakukan Puslabfor Bareskrim Mabes Polri. Mantan menpora di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu mengaku mengomparasikan 3 (tiga) sampel ijazah sejenis, yang dikeluarkan bersamaan oleh Fakultas Kehutanan UGM pada November 1985 silam.
”Cara yang sama ini saya, agar masyarakat bisa memperbandingkan hasil akhir yang jujur dan lebih objektif,” kata Roy Suryo dalam surat elektronik yang dikirim ke INDOSatu.co, Sabtu (31/5) pagi.
Kedua, kata Roy Suryo, meski sebenarnya ada foto ijazah dengan kualitas teknis lebih bagus, yakni yang diunggah oleh Politisi PSI Dian Sandi Pratama melalui akun X-nya pada 1 April 2025 lalu dan sudah dikonfirnasikan yang bersangkutan (baca: sekaligus meminta maaf) kepada JkW langsung di Solo Kamis 22 Mei 2025, namun disini digunakan fotocopy “Ijazah JkW” yang secara resmi ditayangkan Dirtipidum Bareskrim melalui layar lebar di belakangnya pada hari yang sama, Kamis 22 Mei 2025 agar tidak ada yang menyangsikan fotocopy tersebut.
Ketiga, Roy Suryo mengungkapkan, bila Bareskrim dalam konferensi pers tidak secara terbuka berani mengungkapkan ketiga sampel ijazah lain yang digunakan sebagai sampel pembanding, maka demi keterbukaan informasi dan ilmu pengetahuan, ditampilkan tiga sampel ijazah yang dengan mudah ditemukan dijagad maya karena secara gamblang sudah dipublikasikan oleh mereka sendiri maupun oleh Dekan Fakultas Kehutanan UGM, Dr Sigit Sunarta saat diwawancara jurnalis Kompas pada tahun 2022 silam.
Keempat, ungkap Roy Suryo, secara detail ketiga ijazah pembanding ini adalah Nomor 1115 (atas nama Frono Jiwo), Nomor 1116 (Alm Hari Mulyono) dan Nomor 1117 (Sri Murtiningsih). Semua ijazah itu langsung diperbandingkan dengan Ijazah Nomor 1120 yang sudah diketahui bersama dinyatakan sebagai ijazah milik Jokowi. Perbandingan yang dilakukan adalah melihat bagaimana posisi logo UGM dengan tulisan yang tercetak dalam masing-masing ijazah yang diperbandingkan (terutama huruf Z pada tulisan “IJAZAH” dan huruf A-terakhir pada tulisan “SARJANA”)
Kelima, kata Roy Suryo, hasil tersebut sangat menarik, karena posisi huruf Z pada tulisan “IJAZAH” dan huruf A-terakhir pada tulisan “SARJANA” pada ketiga Ijazah (Nomor 1115, 1116 dan 1117) adalah identik alias sama persis, baik posisi vertikal maupun horizontalnya, namun tidak identik bila diperbandingkan dengan ijazah Nomor 1120. Bukti faktual dari perbandingan ini bisa dilihat pada Lampiran Foto keempat Ijazah yang diperbandingkan secara faktual dan ilmiah.
Keenam, Roy Suryo menjelaskan, posisi huruf Z (dari kata IJAZAH) ketiga ijazah pembanding ini lebih “turun” alias lebih “masuk kebawah” pada logo UGM bila dibandingkan dengan Ijazah milik JkW yang terlihat jelas lebih “keatas” alias “hanya masuk sedikit” pada Logo UGM. Juga posisi huruf A-terakhir (pada kata SARJANA) pada ketiga ijazah pembanding sama-sama lebih “ke kiri” alias “masih masuk” kedalam Logo UGM, dibandingkan dengan Ijazah milik JkW yang lebih “ke kanan” alias “lebih kekanan/keluar” dari Logo UGM, sehingga kedua “kaki” huruf A-nya terlihat hampir terpisah dari Logo UGM
Ketujuh, Roy Suryo menjelaskan, perbedaan signifikan antara ketiga ijazah pembanding yang identik (Nomor 1115, 1116 dan 1117) ini jelas tidak identik dengan Nomor 1120. Artinya, Ijazah JkW tersebut sama sekali tidak identik dengan satupun ijazah pembanding. Padahal, nama-nama pemilik ijazah pembanding (Frono Jiwo, Alm Hari Mulyono dan Sri Murtiningsih) adalah orang-orang yang tidak asing dan bahkan selama ini ada diantara mereka dikenal sebagai “pendukung garis keras” JkW dan diberikan jabatan Komisaris dalam karier selanjutnya.
Kedelapan, kata Roy Suryo, dari hasil analisis identifikasi ilmiah (karena ijazah pembandingnya juga terbuka) ini, sekaligus mematahkan hasil “Analisis Puslabfor Mabes Polri” sebelumnya yang sempat menyebut Ijazah Nomor 1120 milik Jokowi disebut-sebut “Identik” (?) dengan tiga pembanding yang tidak jelas kepemilikannya. Fakta ilmiah sejujurnya, justru ijazah JkW tersebut tidak identik sama sekali dengan satupun ijazah pembanding.
”Sehungga, kalau sudah sangat jelas dan gamblang begini, biarkan masyarakat yang menilai kejujuran pihak-pihak yang terlibat atau terkait dalam kasus ijazah Jokowi itu,” pungkas Roy Suryo. (*)



