INDOSatu.co – YOGYAKARTA – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (KM UGM) menyampaikan mosi tidak percaya terhadap Rektor UGM, Ova Emilia.
Ketua BEM KM UGM, Tiyo Ardiyanto kepada wartawan, Sabtu malam, menegaskan bahwa para mahasiswa hanya ingin mengembalikan marwah UGM sebagai Kampus Kerakyatan.
“Kampus Kerakyatan harus berpihak semata-mata demi kepentingan rakyat dan bukan kepentingan penguasa,” katanya.
Tiyo menyinggung mengenai UGM yang ikut berperan membesarkan kekuasaan Presiden RI ke-7 Joko Widodo. BEM UGM menyebut Jokowi telah menjadi bagian berbagai masalah hari ini.
“Tidak sulit memahami betapa UGM mestinya turut bertanggung jawab dengan menegaskan keberpihakannya,” ujarnya.
Ia juga menyebutkan pemerintahan Prabowo sebagai rezim yang dikehendaki Jokowi.
BEM UGM dalam pernyataannya, dikutip Ahad (25/5), menyebutkan kekuasan raja jawa Jokowi yang mendapat dukungan dari UGM. Mahasiswa Kampus Biru itu juga mengatakan demokrasi dalam bahaya di bawah rezim Prabowo Subianto.
Berikut pernyataan komplet dari mosi tidak percaya BEM UGM kepada sang rektor.
“Terpilihnya pelanggar HAM, Prabowo Subianto sebagai Presiden Republik Indonesia dan Gibran Rakabuming Raka, yang menjadi Wakil Presiden dengan mengubah konstitusi atas bantuan ‘Raja Jawa’ Jokowi yang dapat sedemikian berkuasa atas dukungan UGM,” bunyi dalam pernyataan BEM UGM itu.
Segala kebijakan ditetapkan oleh pemerintah Prabowo, diberlakukan tanpa konsiderasi lebih jauh. Makan Bergizi Gratis, Inpres mengenai Efisiensi Anggaran, Danantara dan sebagainya.
Bukan hanya itu. Prabowo juga dinilai menghendaki Revisi UU TNI sebagai langkah permulaan mengembalikan Dwi Fungsi TNI dengan mengubur cita-cita reformasi, militerisme merangsek ke beberapa lingkungan kampus dengan dalih penguatan nasionalisme. Lebih jauh, mahasiswa yang menyampaikan ekspresi kritiknya mendapatkan represi dan bahkan ditetapkan sebagai tersangka. Demokrasi dalam bahaya!
Berangkat dari berbagai masalah yang timbul, Mahasiswa UGM melakukan aksi kemah di Balairung. Mahasiswa menuntut Rektor UGM menyatakan Mosi Tidak Percaya terhadap lembaga pemerintah yang menciptakan kebijakan ambubradul sebagai sikap keberpihakan pada Rakyat. Pada Rabu (21/5), setelah satu pekan okupasi, Ova Emilia, selaku rektor UGM menemui massa aksi dan melakukan dialog. Hasilnya? Omon-omon.
Atas kekecewaan terhadap respons yang diberikan oleh rektor, BEM KM UGM menyatakan Mosi Tidak Percaya kepada Ova Emilia selaku Rektor UGM. Sebagai mahasiswa Kampus Kerakyatan, dia merasa menyaksikan rektor lembek pada berbagai ketidakadilan dan penindasan yang terang benderang.
”Kami tidak akan mencabut mosi ini sampai rektor menyatakan mosi tidak percaya sebagai bukti keberpihakan kepada rakyat atau suatu yang setara ke depannya”. (*)