Forum R20 Perluas Peran PBNU Atasi Problem dan Konflik di Tingkat Global

  • Bagikan
KRITISI REVISI RUU PENYIARAN: Ketua PBNU, Savic Ali mengatakan bahwa, di negara demokrasi, pers bebas menjalankan investigasi atas kerja-kerja jurnalistik yang dijamin undang-undang.

INDOSatu.co – JAKARTA – Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Savic Ali, menegaskan bahwa, Forum Agama atau Religion of Twenty (R20) bisa dimaknai memperluas peran PBNU dalam mengatasi problem dan konflik di tingkat global.

Savic Ali menjelaskan, NU sejak didirikan memang memiliki visi internasional. Sebagaimana Indonesia dalam Proklamasi Kemerdekaan-nya menegaskan visi membentuk perdamaian dunia, NU juga memiliki visi ke arah sana.

Dalam konteks geopolitik global, kata Savic, pendirian NU bukan semata reaksi atas kekuasaan Ibnu Saud di Hijaz. Merujuk Ketum PBNU Gus Yahya, lanjut Savic, NU sebetulnya lahir karena kekosongan peran politik dan keagamaan akibat runtuhnya Turki Utsmani.

Baca juga :   Harga LPG 3 Kg, Dirjen Migas: Kementerian ESDM Dorong Satu Harga

“Selama ini, diyakini pendirian NU karena penguasaan Ibnu Saud atas Haramain (Makkah dan Madinah). Gus Yahya menarik benang merah historis lebih jauh, bahwa pendirian NU berkaitan dengan keruntuhan Turki Utsmani, bukan hanya karena perubahan di Haramain. Sebab, runtuhnya Turki Utsmani menciptakan kevakuman politik dan keagamaan,” kata Savic dikutip dari akun twitter resmi @nahdlatululama, Selasa (18/10).

Ia melanjutkan, ketika Turki Utsmani runtuh, negara-negara di Timur Tengah mendirikan kerajaan. Indonesia tidak mendirikan kerajaan serupa dengan berdasar agama, tetapi memilih mendirikan negara baru bersama warga lain, sehingga lahir negara berbentuk republik.

Perjuangan internasional itu terus dimainkan oleh NU, melalui proses panjang penuh dinamika. Pada era Reformasi, NU di masa kepemimpinan KH Hasyim Muzadi (1999-2010) menggelar International Conference of Islamic Scholar (ICIS). Sementara di periode kepemimpinan KH Said Aqil Siroj (2010-2021), NU menggelar International Summit of the Moderate Islamic Leaders (ISOMIL).

Baca juga :   Meriahnya Milad 111 Muhammadiyah di Sportorium UMY: Ikhtiar Selamatkan Semesta

PBNU juga mengundang tokoh-tokoh agama dan politik Afganistan pada 2011. Bahkan, tokoh-tokoh NU juga diundang ke sana untuk mendorong perdamaian di negeri tersebut. “Itu bagian dari ikhtiar PBNU untuk ikut berperan paling tidak di negara-negara mayoritas Muslim. Buat apa kita mengklaim diri organisasi Muslim terbesar di dunia, tetapi tidak menciptakan perdamaian di negara Muslim?” ujar Savic.

Baca juga :   Lukai Umat Islam dan Bangsa Palestina, PBNU Kecam Kunjungan 5 Nahdliyin ke Israel

Di era Gus Yahya ini, kata Savic, jangkauan upaya mewujudkan peradamaian itu diperluas; tidak hanya kepada Muslim, tetapi juga dengan pemeluk agama lain. Gus Yahya telah melakukan komunikasi dengan para pemuka agama dunia sejak lama.

“R20 diinisiasi Gus Yahya agar agama & pemimpin agama lebih proaktif membantu persoalan dunia; mulai dari konflik antrpemeluk agama, penyalahgunaan politik identitas, rasialisme, & persoalan lain. Harus kita akui, agama ikut berperan dalam sejumlah konflik d berbagai belahan dunia,” katanya.

“Makanya, R20 mengajak pemimpin agama dan negara benar-benar berpikir bagaimana agama berperan aktif untuk memecah problem yang menghantui dunia,” pungkas Savic. (adi/red)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *