Geliatkan Kembali Seni Bonsai, Rubi Bojonegoro Gelar Festival di MCM

  • Bagikan
MENGGODA MINAT: Yosi Hariyoso, Ketua Rubi Bojonegoro (kiri) sedang memandu dan menerangkan kepada pecinta bonsai yang datang di arena festival bonsai di MCM Bojonegoro.

INDOSatu.co – BOJONEGORO – Rumah Bonsai Indonesia (Rubi) menyelenggarakan festival dan kontes bonsai di Hotel MCM, Jalan Pemuda Bojonegoro, pada 16-26 Juli. Kontes ini menjadi menarik karena sebagian besar pesertanya berasal dari luar Bojonegoro, yakni Tuban, Lamongan, Jombang, Mojokerto, Blora, dan tuan rumah Bojonegoro.

Bonsai merupakan seni miniatur pohon yang di kerdilkan di dalam sebuah pot. Seni bonsai kali pertama muncul di China pada masa pemerintahan dinasti Tsin (265-420). Sementara di Indonesia seni bonsai sudah mulai populer sejak tahun 70 an.

‘’Di Bojonegoro sendiri seni bonsai sudah dikenal dan diminati sejak tahun 80 an. Yang ikut kontes ini kurang lebih 150 peserta dari berbagai daerah,’’ kata Yosi Hariyoso, Ketua Rumah Bonsai Indonesia (Rubi) Cabang Bojonegoro kepada INDOSatu.co, Senin (18/7).

Baca juga :   Bupati Salurkan Bantuan untuk Wilayah Terdampak Luapan Bengawan Solo

Sejak pandemi Covid-19, kata Yosi, banyak masyarakat beralih hobi memanfaatkan waktu luang di rumah untuk merawat tanaman dengan nilai seni estetika tinggi itu. “Tentu menjadi nilai positif karena disertai ajang silaturrahmi pecinta bonsai, sehingga dapat menggairahkan kembali geliat pecinta bonsai dalam ajang kontes bonsai di MCM ini,’’ terangnya.

Secara geografis, kata Yosi, Kabupaten Bojonegoro yang memiliki hutan luas, menjadi potensi untuk mengembangkan seni bonsai. Jenis bonsai yang dapat dikembangkan di Bojonegoro, diantaranya pohon serut, beringin, dan asem.

Baca juga :   1.282 Pedagang Pasar Kota Tolak Direlokasi ke Pasar Wisata

‘’Dalam event ini, kami juga mengadakan workshop selama dua hari bagi yang ingin belajar seni bonsai,” tutur Yosi kepada pengunjung yang datang ke arena acara.

Ada banyak jenis pohon bonsai yang turut dipamerkan dalam kontes tersebut, diantaranya pohon santigi karang, serut, asem, beringin, arabika, asam belanda, sancang, sakura mikro, ulmus, dan sebagainya. Harganya pun juga variatif, tergantung jenis pohon dan nilai seninya. Seperti halnya ada jenis bonsai dari pohon santigi yang ditawar 100 juta, tapi sama pemiliknya tidak dilepas.

Baca juga :   Pastikan Perayaan Natal Aman, Pj. Bupati Batang dan Forkopimda Turba

Yosi berharap, dengan adanya silaturahmi para pecinta bonsai ini, atmosfer bonsai di Bojonegoro ini semakin menggeliat kembali, sehingga pecinta dan peminat bonsai akan seimbang. Tidak hanya itu. Yosi mengaku bahwa komunitas Bojonegoro juga akan sering mengadakan event dan turut mengikuti event di luar kota, sehingga bonsai dari Bojonegoro juga lebih di kenal di kalangan luas.

”Harapannya, agar bonsai Bojonegoro bisa bersaing dengan bonsai dari daerah lain,’’ pungkas Yosi singkat. (*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *