Hasil Melimpah, Tanda Syukur, Nelayan Lohgung Lamongan Gelar Tradisi Petik Laut

  • Bagikan
BERSYUKUR: Bupati Lamongan, Yuhronur Efendi menyampaikan sambutan di acara Petik Laut yang digelar Rukun Nelayan setempat atas melimpahya hasil laut pasca pandemi Covid-19 di Desa Lohgung, Kecamatan Brondong, Rabu (2/11).

INDOSatu.co – LAMONGAN – Masyarakat pesisir di kawasan Pantai Lohgung, Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Rabu (2/11), kembali menggelar tradisi petik laut setelah sempat vakum selama dua tahun akibat pandemi Covid-19.

Selain untuk mengenalkan budaya pada generasi di masa depan, tradisi petik laut juga merupakan sebagai bentuk rasa syukur masyarakat Lohgung kepada Tuhan atas hasil laut yang melimpah, kemakmuran, dan keselamatan saat melaut.

Berdasarkan data capaian produksi perikanan, Desa Lohgung menjadi salah satu penyumbang hasil produksi perikanan dan lumbung pangan nasional. Pertahun 2021, produksi ikan di Lamongan sebesar 145,89 Ton, dengan produksi hasil tangkap 83,15 ton. Sedangkan di tahun 2022 hingga triwulan III angka produksi perikanan tangkap sudah mencapai 54,03 ton. Hal ini menandakan perikanan di Lamongan setiap tahunnya mengalami trend positif.

Baca juga :   Pawai Budaya Bojonegoro Diberangkatkan Pj Bupati, Berlangsung Meriah, Hibur Warga

“Pemerintah terus berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tak terkecuali kepada para nelayan, salah satunya dengan memberikan asuransi kepada nelayan agar terlindungi saat bekerja,”tutur Bupati Lamongan, Yuhronur Efendi saat membuka acara tersebut.

Lebih lanjut, pada kesempatan tersebut, Pak Yes, sapaan akrab Bupati Yuhronur, mengajak masyarakat Lohgung untuk menyukuri apa yang telah diperoleh dari laut. “Mari kita menyukuri apa yang telah didapat dari laut. Dengan kita kita menyukuri, Insyaallah kita akan mendapatkan kelimpahan rezeki,” lanjut Pak Yes.

Baca juga :   Kantongi Desa Mandiri Terbanyak se-Jawa Timur, 4 Desa di Bojonegoro Terima BKD

Guna membangun sinergitas dan keakraban dalam mengangkat nilai-nilai kebudayaan, tradisi turun-temurun sejak 40 tahun lalu ini, akan bergulir selama 3 hari, mulai dari doa bersama, pawai perahu ke laut lepas, pembuangan sesaji, tayuban, dangdutan, hingga shalawatan.

“Kegiatan ini untuk membangun keakraban dengan mengangkat nilai-nilai kebudayaan, dan yang terpenting adalah sebagai rasa syukur kami terhadap Sang Khalik, bahwa kita sudah diberi kenikmatan, diberi rezeki, diberi kemakmuran selama ini,” kata Yusuf, selaku Ketua Rukun Nelayan. (*)

Baca juga :   Gempur Saloka Mulai Digencarkan untuk Optimalkan Fungsi Saluran Saat Musim Hujan
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *