INDOSatu.co – YAOUNDE – Dewan Konstitusi mengumumkan hasil Pilpres Kamerun yang digelar 12 Oktober lalu. Pemenangnya adalah petahana, Presiden Kamerun Paul Biya. Paul Biya dinyatakan sebagai pemenang dengan perolehan 53,66 persen suara.
Dengan pengumuman tersebut, pemimpin berusia 92 tahun itu akan menjadi pemimpin tertua di dunia dengan memangku jabatannya yang kedelapan. Sehingga Paul Biya akan kembali memerintah hingga tahun 2032 mendatang.
Kandidat saingan dan mantan menteri pemerintah Issa Tchiroma Bakary berada di posisi kedua dengan 35,2 persen. Sebelumnya, Tchiroma mengklaim telah memenangi Pilpres Kamerun dengan raihan 54,8 persen.
Tetapi ketika diumumkan Dewan Konstitusi, hasilnya justru berbalik dimenangkan Paul Biya. Kemenangan Paul Biya diduga penuh kecurangan. Issa Tchiroma Bakary didorong mencalonkan diri oleh rakyat Kamerun karena sudah jengah dengan kelakuan Paul Biya, yang sering meninggalkan Kamerun.
Dilansir AFP, Paul Biya telah memimpin negara Afrika Tengah tersebut sejak tahun 1982. Dengan terpilihnya kembali dalam Pilpres Kamerun itu, ia kini dapat menakhodai negara hingga tahun 2032. Sementara itu, sebagai politisi muslim, Issa Tchiroma Bakary menjadi penantang berat bagi Paul Biya.
Hasil Pilpres Kamerun diumumkan sehari setelah empat pengunjuk rasa ditembak mati oleh petugas keamanan. Sementara, lebih dari 100 orang ditangkap saat ratusan orang menyerbu jalan-jalan di beberapa kota.
Issa Tchiroma Bakary telah mengklaim kemenangan beberapa hari sebelum maupun setelah pemilu, pada 12 Oktober lalu dengan mengutip hasil yang dikumpulkan oleh pengurus partainya. Meski demikian, Paul Biya menepis klaim tersebut.

Menurut Samuel Dieudonne Ivaha Diboua, gubernur Wilayah Litoral, beberapa anggota pasukan keamanan juga terluka dalam mengamankan para pengunjuk rasa. Ia mengatakan, setidaknya 105 pengunjuk rasa telah ditangkap.
Video daring menunjukkan para pengunjuk rasa bentrok dengan pasukan keamanan, yang menembakkan gas air mata dan mencoba membubarkan orang-orang yang menghalangi jalan-jalan utama di Douala dan kota-kota lain, termasuk Garoua dan Maroua di utara.
Puluhan pendukung, aktivis, dan pemimpin oposisi telah ditangkap dalam beberapa hari terakhir. Menteri Administrasi Teritorial Kamerun, Paul Atanga Nji, mengatakan kepada wartawan pada hari Sabtu bahwa pemerintah telah menangkap beberapa orang yang merencanakan serangan kekerasan.
Ketegangan meningkat menjelang pemilu di Kamerun, negara berpenduduk hampir 30 juta jiwa. Keputusan Biya, yang telah berkuasa hampir separuh hidupnya, untuk mencalonkan diri kembali memicu kemarahan kaum muda dan oposisi. (*)



