IKN Kembali Disorot, Aleg PKS: Perut Rakyat Jauh Lebih Penting dari Proyek Mercusuar

  • Bagikan
KRITISI IKN: Anggota Komisi VI DPR RI Amin Ak meminta Presiden Jokowi tidak ngotot meneruskan IKN. Perut rakyat jauh lebih penting daripada membangun IKN yang baru.

INDOSatu.co – JAKARTA – Proyek mercusuar Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur terus menuai kritik tajam. Anggota Komisi VI DPR RI Amin AK misalnya. Dia kembali bersuara terkait proyek dengan anggaran Rp 600 triliun lebih itu.

Amin menilai, urusan perut rakyat jauh lebih penting ketimbang proyek-proyek mercusuar. Karena itu, ia mengingatkan Presiden Jokowi untuk tidak ‘keukeuh’ dan jor-joran membangun IKN. Menurut Amin, pemerintah tidak perlu memaksakan penggunaan APBN dengan mengobral insentif untuk pembangunan IKN, termasuk insentif pajak.

Pemenuhan kebutuhan pangan dengan harga terjangkau, serta memprioritaskan rakyat dalam pemulihan ekonomi lebih mendesak. Meski pemerintah telah merilis tingkat pertumbuhan ekonomi sangat baik, namun hal itu tidak tidak dirasakan rakyat.

Baca juga :   Fadel Muhammad Buka Usulan Pemisahan Ditjen Pajak dari Kemenkeu

”Kenaikan harga kebutuhan pokok, sulitnya pupuk bagi petani, dan naiknya biaya kebutuhan lainnya terus membebani rakyat,” ungkap Amin dalam keterangan tertulis kepada wartawan, di Jakarta, Jumat (15/12).

Amin menambahkan, Pemerintah memang menggelontorkan dana untuk program bantuan sosial, namun itu hanya menyasar pada 20 persen kelompok masyarakat terbawah. Sementara berbagai insentif yang dikeluarkan, termasuk subsidi kendaraan listrik dinilai terlalu terfokus untuk 10 persen kelompok masyarakat teratas.

Sementara itu, kalangan kelas menengah bawah yang rentan jatuh menjadi kelompok miskin, harus bergulat melawan kenaikan berbagai kebutuhan pokok. Bank Dunia memperkirakan sebanyak 40 persen penduduk Indonesia tergolong rentan untuk bisa jatuh miskin sewaktu-waktu.

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) merilis data Survei Konsumen per Oktober 2023 yang menunjukkan banyak warga Indonesia harus menggunakan tabungannya guna memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Baca juga :   Konflik Makin Runcing, Garda Bangsa: Siap Lawan Siapapun yang Ganggu PKB

BI mencatat rasio tabungan terhadap pendapatan per Oktober 2023 turun jauh dibandingkan posisi sebelum pandemi Covid-19 atau Oktober 2019.

“Jika kondisi perekonomian rakyat tak juga membaik, sampai kapan mereka mampu bertahan?” ujar Politisi Fraksi PKS ini.

Lebih lanjut Amin mengatakan, kelompok menengah ini memang bukan warga miskin, namun kondisinya rentan. Guncangan akibat melambungnya harga-harga bahan pokok yang terus menerpa sepanjang tahun 2023, mendorong mereka ke jurang kemiskinan.

Fenomena meroketnya jumlah pinjaman online (pinjol) di Indonesia menunjukan tingginya tekanan hidup yang dirasakan masyarakat. Hingga Agustus 2023 saja, tercatat jumlah pinjaman online sudah mencapai Rp 20,53 triliun.

Baca juga :   Jubir PKS Ajak Dialog Pendukung Anies, Geisz Chalifah: Elu Bangkai, Jangan Harap Gue Mau

“Mayoritas pinjaman nilainya Rp 500 ribu – Rp 1 juta. Setiap bulan mereka berganti-ganti sumber pinjaman (aplikasi pinjol). Hal itu menunjukan praktik gali lubang tutup lubang. Ini tentu berisiko gagal bayar,” beber Amin.

Karena itulah Amin mendesak pemerintah untuk menghentikan proyek-proyek mercusuar dan mengedepankan program pemulihan ekonomi, yang dampaknya nyata dirasakan rakyat.

Menurut Amin, terus naiknya anggaran perlindungan sosial setiap tahun, menunjukan masyarakat rentan miskin makin besar. Pada RAPBN tahun anggaran 2024, anggaran perlindungan sosial direncanakan sebesar Rp 493,5 triliun.

“Jangan sampai terjadi salah arah kebijakan pemulihan ekonomi. Harusnya program tersebut berdampak pada perbaikan kehidupan sosial ekonomi sebagian besar rakyat,” pungkas Amin. (*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *