Jemaah Haji Khusus Tak Dapat Tenda saat Wukuf, Timwas Haji: Kemenag Harus Berbenah Total

  • Bagikan
KEMENAG PERLU EVALUASI Anggota Timwas Haji DPR RI Wisnu Wijaya saat melakukan pengawasan haji 2024 di Mekkah, Arab Saudi. (foto:ist)

INDOSatu.co – JAKARTA – Setelah mendapati berbagai masalah pelaksanaan haji reguler, Tim Pengawas (Timwas) Haji DPR RI ternyata menemukan adanya rombongan jemaah haji plus yang mengaku ditipu oleh biro haji yang mengurus perjalanan mereka. Mereka tidak memperoleh fasilitas bus dan tidak mendapatkan tenda ketika wukuf di Arafah maupun saat mabit di Mina.

Akibat biro travel yang tidak amanah tersebut, para jemaah haji khusus tersebut terkatung-katung di Tanah Suci tanpa pelayanan. Bahkan, mereka pernah tidak mendapatkan jatah makan hingga mengais makanan sisa dari jemaah lain.

“Di Mina ini kami tidak disewakan tenda, Pak. Padahal dari biro menjanjikan kami dapat akomodasi di Mina. Kami sempat bolak-balik dari hotel kami di Aziziyah menuju Mina selama dua malam. Sekarang kami tidak kuat lagi,” kata seorang jemaah haji khusus yang enggan dikutip namanya kepada anggota Timwas Haji DPR RI Wisnu Wijaya saat mampir istirahat di Mina. .

Bukan hanya itu. Jemaah haji tersebut juga mengaku sempat terdampar istirahat di dekat Jamarat karena tidak ada tenda yang dituju di Mina. Meski demikian, mereka tetap datang ke Mina untuk mendapatkan bantuan atau solusi.

Jemaah haji khusus asal Jakarta itu merasa sudah ditipu oleh biro travel yang mengurus perjalanan ibadah hajinya. Tak hanya terbengkalai di Mina, di Arafah pun mereka terlunta-lunta. Pihak biro tidak menyewakan bus resmi maktab untuk mereka seperti yang dijanjikan.

Baca juga :   Pengaruh Jokowi Mulai Redup, Anthony: Akan Banyak Hadapi Gugatan Hukum

“Kami dijemput di luar waktu normal. Pihak biro bilangnya itu bus maktab. Padahal. di badan bus tidak ada nomor identitas maktab. Tidak ada scan kartu nusuk jemaah, pintu bus juga tidak disegel. Ternyata benar, bus yang kami tumpangi tidak bisa memasuki area penjagaan karena bukan bus resmi. Terpaksa kami harus menempuh 5 jam perjalanan ke Arafah karena bus kami beberapa kali tidak boleh masuk ke kawasan maktab oleh polisi,” beber dia di Makkah pada Kamis (19/6) malam.

Jemaah haji plus yang lain menambahkan, sesampai di Arafah, tenda maktab yang dijanjikan biro kepada mereka juga tidak jelas. Awalnya, kata dia, biro menyampaikan kalau tenda mereka kelas VVIP di Maktab 116, lalu berubah menjadi Maktab 111-A. Setelah berputar ternyata Maktab 111-A tidak ada, yang ada Maktab 111+.

Mereka mengaku kelelahan karena jalan hampir 12 kilometer, berputar-putar tidak jelas di bawah terik matahari yang suhunya 46 derajat celcius. Tidak ada tuntunan dari biro hingga rombongan mereka terpisah-pisah. Rombongan mereka banyak yang nyasar tidak bisa dikembalikan karena ID card yang mereka pakai tidak sesuai. Di ID card tertulis ‘Maktab 116’, disampaikan lisan oleh biro ‘Maktab 111-A’, realitanya yang ada ‘Maktab 111+’

Baca juga :   Minim Partisipasi Publik, Dewan Pers: UU KUHP Ancam Kemerdekaan Pers dan Demokrasi

”Dan itu maktab jemaah lain. Ternyata biro memang tidak menyewakan maktab untuk kami. Akhirnya kami ditampung sementara di Maktab 111,” ungkap jemaah haji perempuan asal Cikarang itu.

Yang paling fatal, imbuh dia, rombongannya kehilangan waktu wukuf di Arafah dan tidak bisa mabit di Muzdalifah. “Ini akibat paling fatal dunia akhirat. Kondisi kami berantakan di Arafah sampai kami kehilangan momen wukuf dan tidak bisa mabit di Muzdalifah. Fisik kami sangat lelah dan bus yang membawa kami tidak jelas,” tuturnya.

Buruknya pelayanan biro, ujar dia, sudah terbaca sejak pertama tiba di Makkah. Pasalnya, mereka dijanjikan transit di hotel bintang lima, tapi kenyataannya setiba di Mekkah mereka diinapkan di WEG Mashaer Hotel, hotel bintang tiga yang berlokasi di Aziziyah. Yang mengkhawatirkan, di hotel ini mereka dijadikan satu dengan jemaah haji lain yang tidak punya visa haji resmi.

Baca juga :   Menag Absen, Persiapan Haji 2025 Terancam, Raker Komisi VIII dengan Kemenag Ditunda

“Kami sempat ketar-ketir kalau terjadi apa-apa. Eeeh, malah muthawif kami yang ditangkap karena tidak dibekali Kartu Nusuk. Untung, kami punya Kartu Nusuk jadi aman. Akibatnya tidak ada pembimbing yang mengarahkan dan mengedukasi kami. Tidak ada kajian yang menambah wawasan spiritual kami,” urainya.

Dia menambahkan konsumsi yang disediakan biro juga tidak sesuai standar gizi dan sering tidak tepat waktu. Saat mau berangkat ke Arafah tidak disediakan sarapan pagi. Jemaah juga tidak bisa makan siang karena tercecer akibat mencari maktab di Arafah. Air minum tidak disediakan kecuali kalau diminta. Padahal, air minum ini sangat vital dalam menjalankan rangkaian ibadah haji,” pungkasnya.

Menanggapi keluh kesah jemaah haji plus tersebut, anggota Timwas DPR RI Wisnu Wijaya mengatakan pihaknya mencatat semua laporan tersebut sebagai temuan Timwas DPR. Secara teknis, pihaknya telah mengoordinasikan dengan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) dan pengambil kebijakan di Kementerian Agama.

“Kami meminta kepada Kementerian Agama untuk mengevaluasi besar-besaran dan berbenah total terhadap para pihak biro travel pengelola perjalanan haji. Kemenag harus bertindak tegas dengan mencabut izin operasional biro-biro haji umrah yang nakal,” tandas Anggota Komisi VIII DPR RI dari PKS itu. (*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *