INDOSatu.co – JAKARTA – Meski kontestasi Pilpres 2024 masih jauh, antar calon sepertinya sudah mulai “bemain mata” untuk memperkuat posisi masing-masing. Tujuannya, untuk meninggalkan Jokowi secara pelan-pelan sebelum masa jabatannya benar-benar berakhir. Gerakan bawah tanah itu tercium oleh Kritikus dan Pegiat Sosial Media, Faizal Assegaf.
‘’Ada indikasi, sebanarnya hati Prabowo & Gerindra masih ke Anies. Cuma pura-pura berbeda agar tetap bertahan di kabinet,’’ kata Faizal kepada INDOSatu.co, Sabtu (11/2).
Di pintu belakang Istana, ungkap Faizal, Prabowo secara intensif diduga memperkuat komunikasi dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), NasDem dan Partai Demokrat. Bukan rahasia umum, bahwa tiga parpol tersebut menjadi kendaraan Anies dalam Pilpres 2024 mendatang.
‘’Dan menghadapi model “gerilya” seperti itu, Jokowi dibuat tidak berdaya, mati gaya,’’ kata Faizal.
Untuk mempedayai Jokowi model “gerilya” itu, hal yang sama juga dilakukan oleh Ketua Umum DPP Partai NasDem, Surya Paloh. Dengan mendukung sekaligus mendeklarasikan Anies Baswedan, Jokowi sepertinya juga tidak bisa berbuat banyak. Kabar reshufle kabinet yang digemar-gemborkan, hingga kini juga tak jelas rimbanya.
‘’Itulah pinternya Surya Paloh. Mengunci Jokowi, tanpa berisiko apapun. Terbukti, menteri asal NasDem sampai saat ini fine-fine saja,’’ kata mantan aktivis 98 itu.
Meski ada celah Prabowo lebih cenderung ke Anies Baswedan, Faizal meminta agar para pendukung Anies, termasuk tiga parpol pengusungnya, tidak boleh kaku menyikapi model permainan tersebut. ‘’Harus cair. Semua masih terbuka. Politik tidak boleh disikapi hitam-putih. Tidak boleh kaku,’’ kata Faizal.
Kalau pun Jokowi ngotot mendorong Prabowo maju Capres, kata Faizal, ihwal itu yang diharapkan Gerindra agar memuluskan Anies menjadi Presiden, meski skenario tersebut terbaca oleh PDIP dan Ganjaris.
‘’Tapi sayangnya, kedua kubu itu sudah terlanjur terjebak saling jegal berebut dukungan Istana. Akibatnya makin blunder, hasilnya game over,’’ pungkas Faizal. (adi/red)