INDOSatu.co – TOKYO – Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba mengaku akan tetap memangku jabatannya meski hasil pemilu yang digelar Ahad (20/7) koalisi yang berkuasa kehilangan suara mayoritas di majelis tinggi.
Kekalahan tersebut tentu menempatkan pemerintah Jepang dalam minoritas ganda yang belum pernah terjadi sebelumnya dan terjadi di tengah negosiasi tarif berisiko tinggi dengan Amerika Serikat.
Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba menyatakan niatnya untuk tetap menjabat setelah Partai Demokrat Liberal (LDP) yang berkuasa diproyeksikan kehilangan mayoritas majelis tinggi di banyak wilayah pada pemilihan hari Ahad.
Ishiba, ketika ditanya wartawan, apakah ia bermaksud untuk tetap menjabat sebagai perdana menteri dan pemimpin partai yang berkuasa, ia berkata, “Benar,” selama wawancara pers bersama di kantor pusat partai di Tokyo saat penghitungan suara terus berlanjut.
“Kami terlibat dalam negosiasi tarif yang sangat penting dengan Amerika Serikat. Kami tidak boleh merusak negosiasi ini,” tambah Ishiba dilansir AFP, Ahad (20/7).
Koalisi pemerintahan Ishiba secara memalukan dipaksa masuk ke dalam pemerintahan minoritas setelah pemilihan majelis rendah pada bulan Oktober, tak lama setelah ia menjadi perdana menteri dan menyerukan pemungutan suara cepat.
Partai Demokrat Liberal (LDP) Ishiba dan mitranya Komeito memenangkan sekitar 41 dari 125 kursi majelis tinggi yang diperebutkan pada hari Minggu, kurang dari 50 kursi yang dibutuhkan untuk mempertahankan mayoritas, Nippon TV dan TBS memperkirakan, berdasarkan jajak pendapat keluar.
Partai populis sayap kanan Sanseito diproyeksikan mendominasi perolehan suara yang besar, memenangkan antara 10 dan 22 kursi, menambah dua kursi yang sudah dikuasainya di majelis yang beranggotakan 248 orang.
Toru Yoshida, seorang profesor politik di Universitas Doshisha mengatakan, sebelum proyeksi media, bahwa jika koalisi kehilangan mayoritas, Ishiba “mungkin perlu mundur”.
Di salah satu tempat pemungutan suara di Tokyo pada hari Minggu, pemilih berusia 54 tahun Atsushi Matsuura mengatakan, harga komoditas naik, tetapi dia lebih khawatir gaji tidak naik. Pemilih lainnya, Hisayo Kojima, mengungkapkan rasa frustrasinya karena jumlah pensiunnya “dipotong semakin pendek”.
“Kami telah membayar banyak untuk mendukung sistem pensiun. Ini adalah masalah yang paling mendesak bagi saya,” kata pria berusia 65 tahun itu.
LDP telah memerintah Jepang hampir terus-menerus sejak 1955, meskipun dengan seringnya terjadi pergantian pemimpin. Ishiba, 68 tahun, dinilai sebagai seorang “penggila” pertahanan dan penggemar kereta api, mencapai puncak tiang berminyak September lalu pada percobaannya yang kelima dan langsung mengumumkan pemilihan umum .
Tetapi hal ini menjadi bumerang dan pemungutan suara tersebut membuat LDP dan mitra koalisi kecilnya Komeito membutuhkan dukungan dari partai-partai oposisi, sehingga menghambat agenda legislatifnya. (*)