Kuras Anggaran Negara, Prof Anthony: IKN Jadi Beban Ekonomi Indonesia

  • Bagikan
KRITIK TAJAM: Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS), Profesor Anthony Budiawan (kiri) dan Eddy Wijaya dalam podcast EdShareOn pada Rabu (16/7).

INDOSatu.co – JAKARTA – Lama tidak terdengar, Ibu Kota Nusantara (IKN) kembali menjadi bahasan hangat. Adalah Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS), Profesor Anthony Budiawan yang mengangkat IKN, sehingga kembali muncul ke permukaan.

Prof. Anthony menyatakan, pembangunan IKN menjadi salah satu penyebab melemahnya ekonomi Indonesia. Prof. Anthony menilai, proyek tersebut sulit berjalan dengan baik karena menguras banyak anggaran negara.

“Banyak sekali kebijakan yang membuat ekonomi kita buruk, melemah. Misalnya kita lihat pemindahan ibu kota IKN, sudah jelas-jelas bahwa itu impossible, undang-undangnya pun melanggar konstitusi,” ujar Prof. Anthony dikutip INDOSatu.co saat berbincang dengan Eddy Wijaya dalam podcast EdShareOn pada Rabu (16/7).

Menurut Prof. Anthony, kebijakan pembangunan IKN yang dibangun masa pemerintahan Presiden Joko Widodo itu diperparah lagi karena diduga sarat dengan praktik Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN).

“Pada saat itu kan, era Jokowi. Kan, memang di era Jokowi ini punya kebijakan, adalah kebijakan yang banyak koruptif, gitu kan? Banyak untuk KKN-nya untuk dia sendiri, grup-grupnya sendiri,” katanya.

Baca juga :   Usung Jadi Pahlawan Nasional, Yandri: KH Abdul Chalim Bisa Menjadi Literasi Anak Bangsa

Pernyataan Prof. Anthony itu sejalan dengan temuan Indonesia Corruption Watch (ICW) pada pertengahan 2024 lalu. ICW menemukan kekhawatiran investor asing terhadap jaminan bebas korupsi ketika menanamkan modal di mega proyek yang terletak di Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian Kabupaten Kutai Kartanegara tersebut. Temuan ICW lainnya menyebut 24 proyek di IKN yang memiliki potensi kecurangan dengan total anggaran Rp 8,57 triliun, salah satunya proyek tol IKN.

Prof. Anthony mengatakan, pembangunan IKN juga tidak rasional dilakukan karena berada di tengah hutan yang berpotensi terkendala dalam mengatur hunian masyarakat. “Di pinggir Kota Jakarta saja seperti di Kelapa Gading, itu memerlukan 20 tahun baru bisa dihuni. Itu di pinggir Jakarta. BSD berapa tahun pengembangannya? Bagaimana 5 tahun mau begitu (IKN berkembang)? Ini tidak masuk akal,” katanya.

Baca juga :   Soal Kenaikan Subsidi Pembelian Motor Listrik, Aleg PKS: Pemborosan Anggaran

Kendati demikian, Prof. Anthony mengatakan proyek IKN bisa berjalan bila pemerintah konsisten melakukan pembangunan yang berkesinambungan. Menjadi persoalan bila komitmen melanjutkan proyek tersebut tidak bisa dipertahankan.

“Bahwa 50 tahun lagi bisa berkembang, ya mungkin kalau ini dikerjakan. Siapa yang bisa kuat membangun 50 tahun? Jadi, ini hanya mimpi-mimpi saja,” kata Prof. Anthony.

Prof. Anthony lantas menyarankan agar Pemerintah ke depan berfokus pada kebijakan yang relevan khususnya agar ekonomi semakin membaik. Ketika ada satu kebijakan yang dianggap bertentangan, harus dikritisi. Diterima, tidak diterima, itu lain halnya.

”Kita juga tidak memaksakan bahwa masukan diterima. Yang penting kita menceritakan pemikiran untuk memperbaiki ekonomi,” ucapnya.

Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya

Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air.

Baca juga :   Hilirisasi SDA yang Dijalankan Pemerintah, Mulyanto: Banyak Rugikan Negara

Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa.

Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur.

Gagasan- gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”. (*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *