Mainan Dor-Doran Lagi

  • Bagikan

SAYANG pelaku penembakan itu tewas atau ditewaskan, sehingga tidak dapat diusut motif melakukan penembakan di Kantor MUI Pusat. Apapun motifnya, tetapi kasus ini adalah sebuah teror. Bukan semata si pelaku yang menjadi teroris, tetapi desain yang memanfaatkan pelaku itulah teroris yang sesungguhnya. Tewasnya pelaku hanya membenarkan “cut off” dari jalinan.

Seperti biasa kasus-kasus seperti ini tidak pernah tuntas. Targetnya citra sesaat. Jika tidak tewas, maka pelaku mengidap gangguan jiwa. Atau kalau pun tertangkap dan sehat, maka tidak dapat diikuti kelanjutannya. Kasus menguap dan dilupakan. Tidak ada yang merasa berkepentingan atau peduli dengan pelaku dan jaringannya.

Karenanya kasus dor-doran seperti ini hanya “sekilas berita” atau “lintasan peristiwa” yang ramai sesaat. Ribut tuntut agar dilakukan pengusutan, tapi semua serba sulit karena pelaku tewas atau sakit jiwa. Lumayan seminggu dua minggu menutup kasus atau peristiwa lain.

Baca juga :   Proporsional Tertutup? Sistem Distrik Lebih Bermartabat

Penembakan Kantor MUI saat ini ditujukan agar ulama atau “markas besar umat Islam” menjadi objek gonjang-ganjing. Dikesankan ada pihak yang “dendam” atau “benci” pada MUI. Warning yang sekaligus tantangan. Keduanya bagi umat Islam tentu siap dihadapi “ente jual ane beli”. Umat Islam kuat dan siap jika menghadapi lawan yang jelas dan berani berhadap-hadapan.

Tapi umat Islam menyadari bahwa kasus seperti ini hanya main-mainan yang tidak berpengaruh signifikan. Sekedar mainan dor-doran. Korban tewasnya satu, yaitu pelaku itu sendiri yang memang ditumbalkan. Memang kasihan dia.

Baca juga :   Menanyakan Peran dan Posisi TNI Dalam Penegakan Demokrasi dan Konstitusi

Di kalangan masyarakat, khususnya umat Islam sendiri, apabila muncul kasus seperti ini menyikapi beragam, yaitu:

Pertama, langsung berseru “PKI..! ” karena serangan kepada agama khususnys Islam dalam kesejarahannya dilakukan oleh PKI yang memang anti agama. PKI gaya baru kini terus berkeliaran.

Kedua, ini kerjaan intelijen, baik dalam atau luar negeri. Hanya yang memiliki kemampuan untuk datang dan pergi dengan cepat tanpa jejak adalah pekerjaan di ruang ini. Hukum tidak mampu menyentuh atau menindaklanjuti.

Ketiga, memang asli perbuatan sendiri karena berbagai motif, termasuk iming-iming atau mungkin salah pandang mengenai objek. Aspek ketiga ini berdasarkan sikap kesal, benci atau dendam pribadi. Hal ini menjadi kemungkinan yang terkecil. Penembakan di MUI tidak masuk akal karenanya diduga dilakukan oleh pihak yang mengabaikan atau memainkan akal. Tepatnya akal-akalan alias rekayasa.

Baca juga :   Matematika Sederhana Perkiraan Hasil Pilpres 2024: Gibran Effect Minus Besar

Hikmah dari “serangan” kepada MUI itu ialah menjadi momen bagi umat Islam untuk lebih intens melakukan konsolidasi. Rapikan shaf perjuangan bersama. Orang-orang zalim dan kafir selalu berusaha untuk mengganggu agama. Bersikeras ingin memadamkan cahaya Allah.

“Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan tipu daya mereka, tetapi Allah menyempurnakan cahaya-Nya, meskipun orang-orang kafir benci” (QS Ash Shaff 8).

M. Rizal Fadillah;
Penulis adalah Pemerhati Politik dan Kebangsaan, tinggal di Bandung.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *