INDOSatu.co – KATHMANDU – Pasca aksi rusuh yang memaksa Perdana Menteri (PM) Nepal, KP Sharma Oli mendur dari jabatannya. Kini, Tentara Nepal terus mengamankan situasi sekaligus melakukan perundingan dengan para pengunjuk rasa untuk memilih pemimpin sementara bagi negara Himalaya itu.
Dikutip dari Al Jazeera, tentara berpatroli di jalan-jalan sepi ibu kota Kathmandu pada Kamis untuk hari kedua menyusul protes terburuk dalam beberapa dekade, yang dipicu oleh larangan media sosial yang dicabut pihak berwenang sehingga memicu gelombang protes yang besar.
Presiden Nepal Ramchandra Paudel mengatakan, ia berupaya mengakhiri krisis yang melanda negaranya. Saat ini Paudel sedang berkonsultasi dan berupaya semaksimal mungkin untuk menemukan jalan keluar dari situasi sulit yang sedang terjadi di negara ini dalam kerangka konstitusional.
“Saya mengimbau semua pihak untuk yakin bahwa solusi atas masalah ini sedang diupayakan sesegera mungkin untuk memenuhi tuntutan warga yang berunjuk rasa,” ujar Paudel dalam sebuah pernyataan.
Paudel juga meminta warga Nepal untuk menahan diri dan bekerja sama untuk menjaga perdamaian dan ketertiban di negara ini.
Sementara itu, Juru Bicara Angkatan Darat, Raja Ram Basnet mengatakan, bahwa perundingan awal sedang berlangsung dan akan dilanjutkan hari ini. Perundingan itu merujuk mengenai seorang pemimpin sementara. “Kami berusaha menormalkan situasi secara perlahan,” kata Raja Ram Basnet.
Di jantung kota Kathmandu, saat ini seperti tampak ketenangan, meski ada beberapa aksi yang membikin tidak nyaman di jalanan. Kadang-kadang terasa seperti kebuntuan yang tidak nyaman karena keadaan masih sangat tegang. ”Karena kerumunan orang berkumpul secara rutin di depan markas militer sebelum dipukul mundur oleh tentara,” tambah Raja Ram Basnet.
Disaat sedang merundingkan dan masa depan Nepal, Mantan Ketua Mahkamah Agung Sushila Karki, wanita tegar itu ditunjuk menduduki jabatan utama untuk pemimpin Nepal sementara. Namanya santer disebut-sebut para pendemo yang didominasi kalangan Genn Z.
“Kami melihat Sushila Karki apa adanya – jujur, tak kenal takut, dan tak tergoyahkan,” kata Sujit Kumar Jha, 34, seorang pendukung agitasi. “Dia pilihan yang tepat. Ketika kebenaran berbicara, suaranya terdengar seperti Karki.”

Karki, 73, telah memberikan persetujuannya, tetapi upaya sedang dilakukan untuk menemukan jalur konstitusional untuk mengangkatnya, kata seorang sumber yang mengetahui masalah tersebut.
Namun, ada beberapa perbedaan mengenai pencalonannya di antara para pengunjuk rasa, yang berusaha mencapai keputusan bulat, kata sumber lain.
Walikota Kathmandu, Balen Shah, politisi independen yang populer di kalangan pengunjuk rasa muda, dan beberapa orang lain juga menyatakan dukungannya untuk Karki, tetapi perpecahan di dalam kubu protes dan partai-partai arus utama membuat masa depan politik Nepal tidak jelas.
KP Khanal, seorang aktivis yang berada di garda terdepan protes, mengatakan banyak demonstran muda seperti dirinya, yang tidak diundang ke perundingan, mengamati perkembangan dengan hati-hati. “Tidak ada yang terlihat jelas. Kami bersama-sama selama protes damai, tetapi situasinya berubah setelah kami bubar,” ujarnya. (*)



