INDOSatu.co – DAR ES SALAM – Presiden Tanzania, Samia Suluhu Hassan diumumkan sebagai pemenang dalam pemilihan presiden negara tersebut dengan capaian 98 persen suara. Dalam pemilihan tersebut, Samia Hassan hanya menghadapi rival maupun politisi yang tidak populer.
Hasil akhir yang diumumkan oleh komisi pemilihan umum (KPU) pada Sabtu (1/11) menunjukkan bahwa Samia Hassan telah memenangkan 97,66 persen suara pada Pilpres yang digelar pada Rabu (29/10). Hampir semua daerah pemilihan, suara Samia Hassan mendominasi.
Dikutip dari Al Jazeera, bahwa upacara pelantikan Samia Hassan akan dilakukan pada Sabtu (1/11) malam nanti. Pemilihan presiden dan parlemen memicu protes keras selama berhari-hari saat para demonstran turun ke jalan di kota-kota besar.

Mereka memprotes larangan atau pencegahan terhadap pesaing utama Samia Hassan untuk mencalonkan diri dan mereka menggambarkan tindakan rezim tersebut sebagai penindasan.
Meskipun ada penjagaan ketat dari aparat keamanan, hari pemilihan berubah menjadi kekacauan, dengan sejumlah demonstran dengan merobek spanduk Samia Hassan dan membakar gedung-gedung pemerintah. Sementara, polisi menembakkan gas air mata dan tembakan agar kerusuhan tidak menjalar.
Chadema, kekuatan oposisi utama yang dilarang berpartisipasi dalam pemilu, mengatakan, kepada kantor berita AFP pada hari Jumat bahwa “sekitar 700” orang telah tewas. Angka tersebut dikumpulkan dari jaringan dengan memeriksa rumah sakit dan klinik kesehatan.
Sementara itu, kantor hak asasi manusia PBB mengatakan, dari laporan yang kredibel menunjukkan, sedikitnya 10 orang kembali tewas di tiga kota. Menteri Luar Negeri Mahmoud Thabit Kombo mengatakan, kepada Al Jazeera pada hari Jumat bahwa pihak berwenang telah bertindak tepat dan pemilu dilaksanakan secara adil.
“Tidak ada kekerasan berlebihan yang digunakan,” ujarnya kepada Al Jazeera, seraya menambahkan bahwa pemerintah tidak memiliki angka resmi mengenai jumlah pengunjuk rasa yang tewas. “Saya belum melihat 700 orang itu di mana pun.”
Sekjen PBB Sangat Prihatin
Dalam Pilpres saat ini, Samia Hassan hanya menghadapi 16 kandidat dari partai-partai kecil. Pemimpin Chadema, Tundu Lissu, telah dipenjara selama berbulan-bulan atas tuduhan pengkhianatan setelah ia menyerukan reformasi elektoral yang menurutnya merupakan prasyarat bagi pemilu yang bebas dan adil. Tundu Lissu membantah tuduhan tersebut. Tokoh oposisi lainnya, Luhaga Mpina dari kelompok ACT-Wazalendo, dilarang mencalonkan diri.

Kelompok-kelompok hak asasi manusia menuduh Samia Hassan mendalangi “gelombang teror” di negara itu sebelum pemungutan suara, termasuk serangkaian penculikan besar-besaran yang meningkat di hari-hari terakhir. Pemerintah telah menepis kritik terhadap catatan hak asasi manusia (HAM) Tanzania.
Hassan belum membuat pernyataan publik apa pun sejak kerusuhan yang suda merenggut ratusan nyawa rakyat Tanzania itu. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres mengaku sangat prihatin dengan situasi di Tanzania. ”Termasuk laporan kematian dan cedera selama demonstrasi berlangsung,” kata juru bicara Antonio Guterres dalam sebuah pernyataan. (*)



