Olah Bahan Lokal, Proyeksi Cita Rasa Internasional

  • Bagikan
UNJUK KEBOLEHAN: Chef Paulina memamerkan hasil makanan berbahan lokal untuk diproyeksikan menjadi menu internasional. Paulina melatih 40 peserta untuk menjadi chef yang handal.

INDOSatu.co – MAUMERE – Mengolah berbagai jenis bahan dan komponen makanan lokal menjadi sajian kuliner lezat dan higienis, terutama di daerah wisata merupakan tantangan tersendiri bagi seorang chef.

Sebagai chef yang dipercaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sikka, Paulina memberi tantangan bagi 40 peserta dalam pelatihan kuliner untuk berinovasi mengolah bahan makan lokal yang diproyeksikan menuju internasional, guna memenuhi tuntutan pasar yang berstandar CHSE (Cleanliness , Health, Safety, Environment).

“Hari ini hari ketiga, saya memberi tantangan, praktik membuat menu makanan bersifat internasional. Yang dibagi dalam dua sesi, yaitu kontinental dan oriental,” ungkap Paulina, Jumat(15/10) di ruang Tata Boga SMAK Tawa Tana Kewapante, Desa Namang Kewa, Kecamatan Kewapante, Kabupaten Sikka, Provinsi NTT.

Baca juga :   Sah! PBNU Beri SK untuk Pengurus PCNU Sikka

Paulina menguraikan, dalam praktik menu kontinental, antara lain, menu pertama, American Risoles, berbahan lokal tepung terigu berupa vegetables soup, wiener schnitzel, fruits potatoes, mixed vgetables, dan choux fruit.

Menu kedua, kata dia, street food mof, antara lain: soup ikan kelapa muda, fillet tuna gulung isi, teri balut daun singkong, nasi dalam daun, dan puding daun kelor.

Menu ketiga, calamari salad, yaitu shrimp bosque, ikan bakar colo-colo, tumis jamur kancing, kentang ongklok, dan mixed juice.
“Sementara menu oriental kita ambil Indonesia yang sering digunakan di hajatan-hajatan atau even-even besar. Salah satunya diambil dari Sulawesi dan Bali,” ujarnya.

Menu oriental, sebut Paulina, berupa menu ayam betutu, pelecing kangkung, salad buah, dan sambal mata.

Baca juga :   Manto Eri Minta Proyek Menara Lonceng Dianggarkan melalui APBD 2022

Pada saat praktik, Paulina melihat sebagian peserta sudah terbiasa ketrampilan usaha kuliner dan kerjasama yang cukup baik, sehingga walaupun prosesnya cukup rumit, tetapi dengan adanya pendampingan, bisa dikerjakan dengan baik dan tentu memenuhi standar CHSE.

“Untuk menu, saya melihat dari 40 peserta pelatihan, ada beberapa yang punya usaha kuliner. Mereka sangat terampil. Kegiatan berjalan baik tidak ada kendala karena ada kerjasama yang baik di antara mereka,” ucap Paulina.

Ia melihat, beberapa menu yang bisa diterapkan, diantaranya street food Mof (soup ikan kelapa muda, dan puding kelor saos vanila).
“Saya sarankan untuk di tempat usaha, promosikan beberapa menu seperti soup ikan kelapa muda dan puding kelor saos vanila karena ini bahan lokal yang bisa didapat ,” kata Paulina.
Dirinya berharap kegiatan yang digelar oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sikka ini terus berkelanjutan, sehingga bisa menghasilkan kuliner-kuliner yang siap bersaing di dunia pariwisata.

Baca juga :   Harga Komoditi Tumpang Tindih, Manto Eri: Media Perlu Dilibatkan

Sementara itu, Kepala Bidang Industri dan Ekonomi Kreatif pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sikka, Emma Irmina Puli, saat menutup kegiatan berharap, pelatihan ini dapat bermanfaat bagi para peserta. Ini untuk meningkatkan kualitas produk kuliner mereka di pasaran.

Emma, mengajak seluruh peserta pelatihan untuk fokus terhadap pengembangan industri kuliner lokal di Kabupaten Sikka dengan berinovasi dan tetap memperhatikan CHSE. (*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *