INDOSatu.co – BLITAR – Pemuda perlu sedini mungkin memahami peran serta bergabung dengan organisasi. Tentu, organisasi yang memiliki visi dan misi yang jelas dan positif untuk memberikan perbaikan di tengah masyarakat. Selain menambah wawasan, dengan bergabung dengan organisasi, para pemuda akan dilatih jiwa kepemimpinan dan juga memahami permasalahan masyarakat.
Wejangan untuk pemuda ini disampaikan oleh Ketua DPRD Kota Blitar dr. Syahrul Alim pada Ahad (10/4) dalam Webinar Regional: Peran Pemuda Blitar dalam Menghadapi dan Menyelesaikan Tantangan Permasalahan Sosial di Era Society 5.0 yang diselenggarakan Pengurus Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dan Ikatan Pelajar Putri Nahdatul Ulama (PC IPNU-IPPNU) Kota Blitar.
“Pemuda perlu didorong untuk berorganisasi. Sebab dengan cara tersebut, mereka punya kesempatan untuk memberi kontribusi lebih besar bagi masyarakat. Namun, perlu memilih organisasi dengan visi misi yang jelas,” papar dr. Syahrul, yang tampil berbatik dan berpeci pin siluet Bung Karno itu.
Syahrul mendorong para pemuda, khususnya generasi muda dari Kota Blitar, untuk mengenal politik sejak dini. Sebab, berbagai peran dan jabatan bisa diraih lebih efektif dengan berpolitik. Namun, tokoh nomor satu di legislatif Bumi Bung Karno ini, mengingatkan bahwa, berpolitik yang dimaksud adalah berpolitik yang bermartabat.
“Namun perlu diingat bahwa bukan politik yang buruk, tetapi politik dengan martabat,” tegas Syahrul.
Sebagai pembicara kedua dari acara ini, yakni anggota Pengurus Cabang Internasional NU di United Kingdom atau Britania Raya, Muhamad Rosyid Jazuli, MPP. Rosyid merupakan kader NU yang sebelumnya aktif di PC IPNU Kota Blitar dan Pengurus Pusat IPNU.
Dalam kesempatan itu, Rosyid menyatakan bahwa, kemampuan pemuda untuk mengenali passion dan potensinya menjadi kunci mereka dapat berkontribusi besar bagi masyarakat di masa depan. Modalnya, kata dia, ada dua, yakni modal pribadi dan modal tim. Mahasiswa Doktoral di University College London ini menguraikan bahwa, modal pribadi ini meliputi kerja keras, integritas, loyalitas, dan ke-berakar-an.
“Kita pemuda harus loyal terhadap kepentingan bangsa dan kepentingan daerah, khususnya Kota Blitar. Sementara itu, kita juga harus berakar, yakni khidmat kita kepada NU,” ujar pemuda asli Blitar ini.
Terkait modal tim, Rosyid yang tampil berpeci ini menyampaikan, bahwa pemuda perlu mengedepankan kemauan untuk berkolaborasi. Selain itu, mereka harus belajar untuk memimpin dengan membuat keputusan untuk orang lain. Tanpa modal tersebut, dipastikan akan terus berjalan sendiri-sendiri dan mimpi untuk berkontribusi memecahkan masalah kompleks di masyarakat tak akan bisa tercapai.
Rosyid menambahkan, bahwa pemuda jangan pernah takut dengan kegagalan. Sebab, kegagalan adalah kenyataan yang harus dilalui untuk menuju kesuksesan. Berbagai tokoh, besar namanya bukan karena tiba-tiba, tapi melalui proses panjang dan banyak kegagalan yang mereka lalui.
Meninggalkan forum lebih dahulu karena kegiatan lainnya, dr. Syahrul juga menambahkan, bahwa usaha dan kerja keras memang tak akan mengkhianati hasil. Jika tidak ada uang, maka kerja keras dan semangat adalah modal penting untuk meraih kesuksesan atau peran yang lebih besar.
“Mas Rosyid ini kebetulan tetangga saya sendiri. Saya menyaksikan betul bagaimana dulu keluarganya pas-pasan. Namun karena usaha dan semangat, akhirnya beliau bisa malang melintang di luar negeri dan kini mengenyam Pendidikan doktoral di London,” ujarnya.
Sementara itu, dalam sesi tanya jawab, sekitar 5-6 pertanyaan diajukan oleh berbagai peserta webinar. Secara umum, mereka menanyakan bagaimana generasi muda, khususnya dari NU bisa memberikan kontribusi lebih di daerahnya. Dalam konteks ini, khususnya di Kota Blitar.
Lulusan Magister Kebijakan Publik dari Victoria University of Wellington ini mengatakan bahwa, pemuda perlu menguatkan ciri khasnya. Yakni, ke-NU-an dan cinta pada daerahnya masing-masing. Tanpa identitas itu, pemuda tak punya ‘mata uang’ yang menarik.
Selain itu, kata dia, pemuda perlu menyadari bahwa mereka perlu membangun konsistensi dalam berorganisasi. Tentu pasti ada masalah di sana-sini ketika berorganisasi. Namun, itulah dinamikanya. Tanpa itu, dipastikan akan selalu jalan sendiri dan kontribusi ke masyarakat akan terbatas.
Terakhir, Rosyid menekankan bahwa, pemuda juga perlu memiliki kesabaran ekstra. Peran dan tanggung jawab besar akan datang pada waktunya dan hendaknya perlu memiliki pengalaman dan pegetahuan yang cukup untuk mengembannya.
“Setelah lulus dan menjadi alumni IPNU-IPPNU, mungkin kita perlu waktu 5-10 tahun untuk terlihat nyata kontribusi kita. Jadi, kesabaran dan konsistensi menjadi kunci untuk kontribusi nyata kita di masyarakat,” tegasnya.
Para peserta yang sebagian besar berasal dari Blitar Raya dan Jawa Timur itu secara umum menyampaikan terima kasih atas terselenggaranya webinar kali ini. Terima kasih disampaikan kepada Ketua PC IPNU Kota Blitar, Alfian Nur Khabib dan Ketua Penyelenggara Webinar Ibnul Abror Mustofa.
Di akhir acara, Rosyid memungkasi dengan menyampaikan bahwa kaderisasi menjadi kunci keberlanjutan organisasi. Dengan sistem kaderisasi yang baik, organisasi kepemudaan, termasuk IPNU-IPPNU akan memiliki kader-kader berkualitas.
Kerjasama antara yang lebih senior dan junior terus harus diupayakan. Bukan eranya menganggap senior lebih berhak memerintah atau junior lebih patut disuruh-suruh.
“Semua pihak (senior-junior) harus berkolaborasi. Yang senior, termasuk saya pribadi, mau untuk proaktif memberikan nasehat dan berbagi pengalaman karena memang lahir atau ikut organisasi lebih dulu. Sementara yang junior proaktif menerima masukan dan pengetahuan baru, sehingga terbangun hubungan yang aktif. Dengan demikian, akan muncul kader-kader berkualitas dan juga keberlanjutan organisasi pun terjamin,” pungkasnya. (*)