INDOSatu.co – ANTANANARIVO – Setelah mendapati tentara bergabung dan menolak menembak demonstran, Presiden Madagaskar Andry Rajoelina akhirnya buka suara. Dalam sebuah pernyataan pada Ahad (12/10), bahwa ada upaya merebut kekuasaan secara ilegal dan dengan kekerasan.
Pernyataan Rajoelina muncul sehari setelah beberapa tentara memilih bergabung dalam gerakan protes besar-besaran yang dimulai bulan lalu. Unit militer yang memberontak mengumumkan akan mengambil alih kendali atas seluruh pasukan militer di negara tersebut.
Presiden Madagaskar Andry Rajoelina menengarai, upaya merebut kekuasaan secara ilegal dan dengan kekerasan sedang berlangsung, sehari setelah kontingen tentara bergabung dengan ribuan pengunjuk rasa anti-pemerintah di ibu kota.
Pernyataan Rajoelina muncul saat kontingen perwira administratif dan teknis CAPSAT mengatakan mereka mengambil alih kendali militer, setelah sebelumnya menolak tindakan keras terhadap protes yang dipimpin pemuda yang telah mengguncang pulau di Samudra Hindia itu selama lebih dari dua pekan.
“Mulai sekarang, semua perintah angkatan darat Madagaskar – baik darat, udara, maupun laut – akan berasal dari markas CAPSAT,” klaim para perwira dalam sebuah pernyataan yang dilansir AFP. Usai statemen tersebut, tak ada tanggapan langsung dari unit lain atau komando militer.
Yang terjadi, tentara dari unit tersebut bentrok dengan polisi di luar barak pada hari Sabtu dan memasuki kota dengan kendaraan militer untuk bergabung dengan para demonstran di Place du 13 Mai yang simbolis di depan balai kota Antananarivo, di mana mereka disambut dengan sorak-sorai dan seruan agar Presiden Rajoelina mengundurkan diri.
Presiden yang tengah berjuang untuk bertahan itu merilis sebuah pernyataan pada hari Ahad mengatakan, telah terjadi upaya merebut kekuasaan secara ilegal dengan kekerasan, bertentangan dengan Konstitusi dan prinsip-prinsip demokrasi yang saat ini sedang berlangsung.
“Dialog adalah satu-satunya jalan ke depan dan satu-satunya solusi untuk krisis yang saat ini dihadapi negara ini,” tambah pernyataan itu, yang menyerukan “persatuan”.
Sementara itu, Air France, penerbangan maskapai Prancis pada hari Ahad mengumumkan telah menangguhkan penerbangannya ke Madagaskar setidaknya hingga hari Selasa.
“Mengingat situasi keamanan di tujuan tersebut, Air France menangguhkan layanannya antara Paris Charles de Gaulle (bandara) dan Antananarivo (ibu kota Madagaskar)… hingga 13 Oktober 2025 inklusif,” demikian pernyataan resmi maskapai Air France. (*)




