INDOSatu.co – YOGYAKARTA – Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) resmi membuka Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Bedah, yang sekaligus menjadi Perguruan Tinggi Swasta (PTS) pertama di Indonesia yang menghadirkan pendidikan lanjutan di bidang kedokteran Spesialis Bedah.
Pembukaan PPDS Bedah UMY telah mendapatkan izin resmi berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Nomor 766/B/O/2025.
Pendaftaran program dilakukan sepenuhnya secara daring melalui laman resmi admisi UMY. Dalam keterangannya, Dr. Bachtiar Dwi Kurniawan, S.Fil.I., MPA., Sekretaris UMY, menjelaskan bahwa, proses seleksi dirancang ketat untuk menjamin kualitas calon residen.
“Tahap pertama adalah seleksi administrasi, semua dokumen diunggah di website pendaftaran. Setelah lolos, peserta mengikuti tes tertulis meliputi akademik dan psikotes, lalu tes kesehatan di RS AMC. Tahap akhir adalah wawancara dengan tim psikiatri dan program studi,” papar Bachtiar dalam keterangannya kepada wartawan.
Ia menegaskan bahwa syarat pendaftaran disusun sesuai standar pendidikan dokter spesialis. Para pendaftar wajib melampirkan portofolio pekerjaan, publikasi ilmiah, ijazah dan transkrip nilai yang dilegalisasi, sertifikat kompetensi dengan rekomendasi kolegium, STR (Surat Tanda Registrasi) yang masih berlaku, sertifikat profesi, serta sertifikat TOEFL dengan skor minimal 500.
Sementara itu, Wakil Rektor UMY Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan, Prof. Dr. Zuly Qodir, M.Ag., menjelaskan bahwa, penyusunan kurikulum berlangsung relatif cepat, yakni sekitar enam bulan sejak pengajuan hingga terbitnya izin operasional. Kurikulum tersebut telah melalui evaluasi dan revisi berlapis sebelum akhirnya disetujui, dengan masa studi empat tahun sesuai standar nasional dan kolegium bedah.
“Meski mengikuti standar nasional, UMY memiliki ciri khas. Kurikulum ini disisipi nilai keislaman Muhammadiyah, sehingga lulusan tidak hanya terampil, tetapi juga beretika dalam praktik medisnya,” ungkap Zuly.
Kurikulum pendidikan, kata Zuly, menjadi faktor kunci dalam mencetak generasi unggul yang mampu bersaing secara global. Tanpa kurikulum yang relevan dan adaptif, proses belajar berisiko hanya menjadi rutinitas tanpa menghasilkan keterampilan nyata.
Menjawab tantangan tersebut, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menyusun kurikulum Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Bedah dengan pendekatan komprehensif. Kurikulum ini berlandaskan standar nasional pendidikan kedokteran dan kolegium bedah Indonesia, sekaligus diperkaya dengan nilai Al-Islam dan Kemuhammadiyahan.
Sedangkan proses pembelajaran akan dipusatkan di RS PKU Muhammadiyah Gamping sebagai rumah sakit akademik UMY. Sistem pembelajaran menekankan praktik langsung dengan pendampingan berlapis dari dokter spesialis senior, dokter muda, hingga tim akademik.
“Mahasiswa residen akan belajar langsung bersama dosen dan dokter spesialis pendamping. Kegiatan laporan akan dibimbing oleh dokter muda. Jadi ada alur pembelajaran dari senior ke junior agar mahasiswa mendapatkan pengalaman menyeluruh,” jelasnya.
UMY juga memberi perhatian besar pada peningkatan kapasitas dosen dengan mendorong mereka melanjutkan studi dan riset, mengingat perkembangan ilmu kesehatan yang sangat dinamis.
Dengan rancangan kurikulum terintegrasi, dukungan dosen berpengalaman, dan fasilitas rumah sakit akademik, UMY hanya membuka 10 kuota mahasiswa baru setiap tahun dengan target kelulusan tepat waktu.
“Harapan kami, seluruh residen dapat lulus dengan kompetensi maksimal. Selain itu, UMY ingin menjadi percontohan bagi PTMA (Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah) dalam memajukan kualitas kesehatan melalui jalur pendidikan,” pungkas Zuly. (*)





