Rektor UGM soal Ijazah Jokowi hanya Narasi, Rizal: Rakyat Tidak Percaya

  • Bagikan

INDOSatu.co – JAKARTA – Klarifikasi Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Ova Emilia terkait ijazah Joko Widodo (Jokowi) melalui video singkat dipertanyakan banyak kalangan, bahkan cenderung jadi bahan gunjingan. Jadi gunjingan karena Ova dinilai hanya bernarasi tanpa disertai bukti.

Penilaian tersebut disampaikan Wakil Ketua Tim Pembela Ulama dan Aktivis (TPUA), Rizal Fadillah. Menurut Rizal, Ova yang memang sudah kadung pasang badan sudah kepalang basah untuk mengakui Jokowi sebagai alumni. Rizal khawatir, hingga mati kelak, Ova akan terus berteriak hidup Jokowi.

”Rektor penginnya membuat bersih UGM, sayangnya justru malah menambah kotor UGM. Rezim kampus hanya omon omon,” kata Rizal dalam keterangannya kepada INDOSatu.co, Senin (25/8).

Terbukti, kata Rizal, ketika dugaan ijazah palsu sudah pernah memasuki proses hukum, baik perdata maupun pidana di pengadilan, UGM malah tidak pernah menampakkan batang hidungnya. Padahal, persoalan waktu itu sudah fokus pada pembuktian dan UGM termasuk yang diminta untuk menjadi saksi di persidangan, tapi tidak pernah datang.

Baca juga :   Pernyataan Anies dan Gus Imin Bikin Relawan AMIN Makin Optimistis Pilpres Dua Putaran

”Itu yang ditunggu oleh seluruh rakyat dan bangsa Indonesia, bukan diskusi, orasi, atau unjuk gigi. Apalagi sekedar narasi monolog sebuah klarifikasi,” kata Rizal.

Sesungguhnya, ungkap Rizal, video Ova terkait penjelasan tentang Joko Widodo sudah mendapat kritik dari Roy Suryo, Rismon Sianipar, dr Tifa dan banyak netizen. Penjelasan Rektor Ova Emilia jelas “out of date” karenanya sulit untuk mengubah opini publik yang telah meyakini bahwa ijazah Joko Widodo itu palsu.

”Bukti-bukti atau dalil penguat kepalsuan sudah terlalu banyak. Nilai video Ova menjadi rendah dan harga Rektor pun ikut murah meriah,” kata Rizal.

Baca juga :   1.957 CPNS Memilih Mundur, DPR RI Anggap sebagai Musibah Nasional

Keterangan Rektor Ova, kata Rizal, dari dulu hingga klarifikasi yang terakhir substansinya sama. Tidak dipercaya publik. Begitu juga dengan Dekan Fakultas Kehutanan. Keterangan melalui Kepolisian sama saja, publik menuntut bukti.

”Ketika saat ini ijazah dan skripsi telah disita Polda Metro, maka pihak Polda Metro pun didesak untuk segera mempublikasikan bukti keberadaannya,” kata Rizal.

Keraguan bahkan ketidakpercayaan atas penjelasan Ova malah menohok Ova sendiri. Ova ternyata diduga terlibat dalam kasus perbuatan melawan hukum Rp 29 miliar atas Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Perusahaan dengan saham terbesar Ova tersebut diputus kalah oleh pengadilan. Publik menilai, hal itu menjadi sandera yang menyebabkan Ova harus membela Joko Widodo. Skandal Ova telah menyeret jauh UGM.

Narasi Ova tentang Joko Widodo alumni UGM, ungkap Rizal, tidak menjawab pertanyaan. Idealnya Ova harus menunjukkan bukti-bukti. Dokumen milik Jokowi termasuk yang ada di UGM adalah dokumen publik. Jika terbukti menipu dan memalsu, Ova yang telah memproteksi dapat dituntut ikut bertanggungjawab. Sekurang-kurangnya menjadi obstruction of justice (menghambat proses hukum).

Baca juga :   Anggap Rohingya Masalah ASEAN, Ulil Abshar Abdalla: Negara Wajib Menolong

Ova, kata Rizal. dinilai menyembunyikan bukti dan hanya bernarasi, Ova kelak diyakini akan bernyanyi tentang proteksi. Emilia itu berasal dari nama keluarga Romawi kuno “Aemilius” yang memiliki akar kata latin “Aemulus” artinya “saingan” atau “berusaha untuk menyamai”.

”Semoga saja Ova Emilia tidak sedang berusaha untuk menyamai perilaku ambigu Joko Widodo, sebab jika demikian nantinya Ova akan menjadi sasaran dari kecaman publik.
Ova memang Amelia. Rajin dan mahir bernarasi seperti Jokowi,” pungkas Rizal. (*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *