Satu Abad PKO Moehammadijah, Diberitakan Koran Belanda, Menolong Siapapun Tanpa Berpikir Untung-Rugi

  • Bagikan
BERBUAT UNTUK UMAT: Penampakan Klinik PKO Muhammadijah di Jagang Notoprajan, Yogyakarta yang diberitakan Harian De Indische Courant Belanda tertanggal 15 Juli 1924.

INDOSatu.co – YOGYAKARTA – Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO) Muhammadiyah memasuki usia Satu Abad pada 15 Februari 2023. Momentum ini dimeriahkan dengan peluncuran PKU Muhammadiyah Jogja Reborn 2023. Melalui refleksi Satu Abad PKO, Sekretaris PP Muhammadiyah, Izzul Muslimin menulis bahwa, PKO membawa tradisi pelayanan kemanusiaan Muhammadiyah yang bersifat inklusif tanpa sekat agama, suku, dan ras, karena berangkat dari semangat Surat Al-Ma’un.

Peneliti sejarah Muhammadiyah yang juga Sekretaris BPO Kokam Nasional, Iwan KC Setiawan menyatakan, jika pelayanan kemanusiaan PKO telah direkam oleh Harian De Indische Courant tertanggal 15 Juli 1924 yang memberitakan pendirian Klinik PKO di Jagang Notoprajan, Yogyakarta pada 15 Februari 1923 (sekarang bangunannya menjadi SD Muhammadiyah Notoprajan).

Baca juga :   Tekan Kasus Dispensasi Pernikahan, Lamongan Bekali Remaja dengan Materi Reproduksi

Dikutip dari muhammadiyah.or.id, Iwan menulis, De Indische Courant menginformasikan bahwa PKO didirikan oleh H. Sudja atas Prakarsa KH Ahmad Dahlan. Sejak awal berdiri, PKO (terdiri dari Panti Asuhan, Rumah Miskin dan Klinik PKO) tidak memiliki tujuan untuk mencari keuntungan.

Karena itu, kekurangan uang untuk membiayai kegiatan pelayanan sosial seringkali terjadi defisit. Sultan Yogyakarta memberikan subsidi sebesar 1200 Gulden dan Paku Alam memberi subsidi sebesar 300 Gulden.

Pada mulanya, masyarakat menaruh curiga terhadap kegiatan klinik PKO Muhammadiyah. Namun lambat laun seiring berjalannya waktu kecurigaan ini berangsur hilang. Setiap harinya ada 70 sampai 80 orang yang mengunjungi klinik PKO Muhammadiyah untuk berobat.

Baca juga :   Lantik 12 Dokter Baru, Wakil Rektor SDM: Dokter UMY Harus Kuasai IT

Biaya berobat di klinik PKO sebesar 10 sen, sedangkan biaya rawat inap per hari sebesar 2 gulden. Meski demikian, klinik PKO memberikan pengobatan gratis kepada orang yang tidak mampu. Dokter Somowidigdo adalah kepala Klinik PKO Muhammadiyah saat itu.

Pada 15 Februari 1924, tepat setahun berdirinya Klinik PKO Muhammadiyah, diadakan pertemuan untuk melaporkan kegiatan Klinik PKO Muhammadiyah kepada pers. Pertemuan ini dibuka oleh KH Ibrahim selaku Presiden HB Muhammadiyah. Selanjunya pertemuan dipimpin oleh H. Fahrodin.

Selanjutnya, H. Sudja memberikan ceramah tentang “kewajiban manusia untuk memberi pertolongan kepada kaum yang lemah” dan dr Sumowidigdo menyampaikan ceramah “menjaga kebersihan sebagai upaya pencegah utama dari semua jenis penyakit”

Baca juga :   Demi Generasi Emas 2045, Lamongan Sehat Raih Capaian Imunisasi Sesuai Target

Berdirinya Klinik PKO Muhammadiyah bertujuan untuk memberikan dukungan dan pertolongan bagi kebutuhan masyarakat umum dan memperbaiki kehidupan sosial masyarakat.

Sejak Dulu, Muhammadiyah Menebar Rahmat sampai ke Luar Negeri

Menariknya, tradisi Muhammadiyah memberi kemanfaatan untuk kemanusiaan universal tidak berlaku di tanah air saja. Dalam unggahan twitter ke akun MDMC, Ichsan Budimuhammad (@Michasanbudi) menyebutkan jika internasionalisasi Muhammadiyah lewat PKO telah dilakukan sejak masa awal.

Mengunggah foto dari berita di Harian De Locomotif tanggal 30 Juni Tahun 1930, Ichsan menulis jika Muhammadiyah mendirikan rumah sakit Lapangan atau Poliklinik Haji di Mekkah. Poliklinik yang berlaku sementara ini dikelola oleh Poliklinik PKO Yogyakarta. (adi/red)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *