Selamat Garuda Muda, Semoga Masuk Final dan Mengikat…

  • Bagikan

JUDUL diatas mungkin terasa aneh dan menggelitik, karena Timnas Indonesia secara gemilang baru saja mengalahkan Timnas Korea Selatan melalui drama adu penalti dengan skor 11-10. Sebelumnya, Timnas Garuda Muda ditahan Tim Taeguk Warriors (sebutan timnas Korsel, Red) bermain imbang 2-2, sehingga harus berlanjut perpanjangan waktu 2×15 menit. Jadi, kata “Final” terasa semakin dekat, meski dalam semifinal berikutnya harus mengalahkan pemenang antara Uzbekistan dan Arab Saudi yang akan berlangsung hari ini, Jumat (26/4).

Sedangkan kata “mengikat” juga tidak ada kaitan secara langsung dengan hasil sementara sepakbola Piala Asia U-23 ini, karena kata-kata “final dan mengikat” sebenarnya diadopsi dari sifat putusan MK/Mahkamah Konstitusi terkait Pemilu 2024 yang baru saja diputuskan belum lama ini. Namun, kata “mengikat” ini justru bisa diartikan secara kias sebagai kalimat bahwa; “Sepakbola secara de facto telah mengikat Persatuan Indonesia” setelah terjadi “pembelahan” akibat perbedaan pandangan antara pendukung 02 vs pendukung 01 (Anies-Gus Imin) dan 03 (Ganjar-Mahfud).

Fakta, bahwa sepakbola berhasil “mengikat” dan mempersatukan Indonesia jelas tidak bisa dipungkiri. Apalagi menurut sejarahnya, semenjak 94 tahun silam, tepatnya 19 April 1930, PSSI dibentuk pertama kali dengan nama awal “Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia”. Ketua umum pertamanya adalah Soeratin Sosrosoegondo (yang namanya kemudian diabadikan sebagai nama Piala Sepakbola U-18). Dalam perjalanan keorganisasiannya, PSSI bergabung dengan badan sepak bola dunia FIFA pada tahun 1952, kemudian bergabung dengan Asian Football Cofederation (AFC) pada tahun 1954.

Jadi, organisasi yang sudah dibentuk 15 tahun sebelum Indonesia merdeka ini memang telah beberapa kali bisa “mengikat” persatuan masyarakat Indonesia, karena setiap ada pertandingan bola, di situlah juga masyarakat hadir dan menikmati olahraga. Sebenarnya sejarah olahraga sepak bola sendiri dimulai sejak abad ke-2 dan ke-3 sebelum Masehi di China. Pada masa Dinasti Han, masyarakat China diketahui sudah mengenal permainan menggiring bola kulit dengan menendangnya ke gawang berbentuk jaring kecil. Permainan bola itu disebut dengan Tsu chu.

Baca juga :   Surya Paloh, Anies-Imin dan Last Battle

Sebelum ada PSSI diatas, permainan ini diketahui dibawa oleh Belanda pada zaman penjajahan. Organisasi sepak bola yang pertama kali berdiri di Indonesia adalah Nederland Indische Voetbal Bond (NIVB). Pada masa itu, sepak bola di pulau Jawa hanya dimainkan oleh orang-orang Belanda & masyarakat terpelajar yang memiliki akses. Artinya, sepak bola modern belum menjadi olahraga yang merakyat. Seiring berkembangnya sepak bola di dunia, olahraga itu juga kian berkembang di Indonesia. Tercatat pada 1915, mulai bermunculan klub-klub sepak bola yang digawangi oleh warga Tionghoa di Indonesia. Lalu pada 1920, klub seperti UMS Jakarta dan Surabaya berhasil menjadi klub terhebat dalam persepakbolaan Hindia Belanda.

Sedangkan sekarang Olimpiade menjadi salah satu target dari skuad Garuda Muda, hal itu bukanlah mustahil. Sebab, dalam sejarahnya pula, Tim Garuda juga sempat berhasil menahan imbang Timnas Uni Soviet di kancah dunia pada 1958. Saat itu, Indonesia sempat memberikan kejutan di babak perempat final sepak bola Olimpiade Melbourne 1956. Saat itu, Rusli Ramang atau Andi Ramang, Maulwi Saelan, Endang Witarsa, Thio Him Tjiang, dan Ramlan. cs merepotkan Uni Soviet yang diperkuat banyak pemain kelas dunia.

Sejarah perjuangan para atlet Merah Putih di ajang Olimpiade justru telah dimulai sejak 1952. Tepatnya dalam Olimpiade yang berlangsung di Helsinki, Finlandia. Ketika itu, Indonesia hanya mengirim tiga atlet dari tiga cabang olahraga. Rinciannya, angkat besi, atletik, dan renang. Dalam Olimpiade Paris 2024 mendatang skuad Garuda Muda U-23 tinggal meraih satu kemenangan lagi. Jika mampu memenangkan laga semifinal nanti, tim Merah Putih akan lolos ke final sekaligus merebut tiket untuk tampil di Paris 2024. Namun jika kalah di babak semifinal, Timnas Indonesia U-23 juga masih berpeluang tampil di Olimpiade lewat jalur perebutan tempat ketiga.

Baca juga :   Chinaisasi akan Berlanjut?

Dengan demikian, sejarah PSSi untuk bisa tampil di kancah dunia memang panjang, belum lagi dulu seringkali mengalami masalah internal di dalamnya. Kondisi terparah adalah saat terjadi perpecahan didalamnya, sehingga sempat ada “PSSI tandingan” bernama Komite Penyelamatan Sepak Bola Indonesia atau KPSI di tahun 2011 dibawah LaNyalla Mattaliti. Saat itu, KPSI pro kepada Indonesia Super League (ISL), dan PSSI mendukung Indonesia Premier League (IPL). Alhamdulilah berhasil saya persatukan dengan damai dan pada 2013, Prof Djohar Arifin Hussein (sekarang Anggota DPR-RI) memimpin PSSI dan LaNyalla (sekarang Ketua DPD-RI) menjadi Wakil Ketua Umum di zaman Kabinet Indonesia Bersatu II saat itu.

Saat menjabat di Kabinet pada awal 2013 lalu, banyak sekali orang yang meragukan konflik internal di PSSI tersebut dapat diselesaikan dengan baik, karena perpecahan sebenarnya sudah terjadi bertahun-tahun dan melibatkan banyak tokoh politik besar di baliknya. Apalagi, harus diakui bahwa saya sebelumnya juga bukan tokoh olahraga yang memegang amanah sebagai RI-45 (sebutan Menpora, Red) tersebut. Tetapi sekali lagi, tidak ada yang tidak mungkin, dgn pendekatan persuasif yang ada ke semua pihak, konflik dapat terselesaikan dan PSSI kembali bersatu sampai sekarang.

Tapi ironisnya justru saat di Kabinet berikutnya pada 2015, PSSI malah sempat dijatuhi sanksi berupa pembekuan (banned) oleh FIFA pada 30 Mei 2015. Keputusan tersebut akibat intervensi pemerintah (bahasa kerennya sekarang “cawe-cawe”) sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 & 17 Statuta FIFA.  Sanksi tersebut merupakan buntut konflik antara PSSI dengan pemerintah melalui Kemenpora dibawah Menteri IN saat itu. Jadi, ini adalah mimpi terburuk yang pernah dialami PSSI di rezim ini karena Indonesia dilarang mengikuti kejuaraan sepak bola mancanegara yang membuatnya kompetisi di dalam negeri pun menjadi seperti kehilangan napas karena tanpa target dan tujuan kedepan.

Baca juga :   Hakim Konstitusi Langgar Konstitusi, Wajib Diberhentikan: DPR Segera Proses

Karena itu, sekarang asa sudah terbuka dan jalan kedepan terbentang kembali, “Road to Final” di depan mata dan sifat sepak bola sebagai olahraga yang bisa “mengikat” persatuan masyarakat dan jangan disia-siakan kembali sebagaimana tahun 2011 dan 2015 silam. Sebagaimana pertandingan dini hari tadi, jangan patah semangat, karena bagaikan keputusan MK, goal pertama yang sempat dibuat Korea Selatan-pun dapat dianulir dengan pantauan VAR (Video Assistant Referee) yang menunjukkan pemain Korsel Eom Ji-sung terjebak offside dan skor kembali 0-0.

Saya sempat merenung, andaikata ada teknologi semacam VAR (atau setidaknya CCTV/Close Circuit Television) yang bisa merekam berbagai isu dibalik Putusan MK tentang PHPU Pilpres kemarin, misalnya adanya kabar soal “telepon misterius dari invisible hand ke hakim-hakim MK” atau keterlibatan Ketua MK yang disebut-sebut terkait BLBI yang membuatnya “tersandera” dan sebagainya, mungkin saja keputusan yang “Final and Binding” dari MK bisa dianulir bak wasit semalam, karena sebenarnya tekniologi seharusnya bisa membantu untuk mengungkap kecurangan atau kejahatan, bukan sebaliknya yang malah digunakan untuk hal-hal tersebut, seperti Sirekap.

Kesimpulannya, meski masih ada upaya PDI-P untuk melakukan gugatan melakui PTUN dan hasilnya pun juga harus dihormati bersama nantinya sebagaimana putusan MK, saat ini setidaknya masyarakat Indonesia “diikat” oleh hasil Garuda Muda U-23 dibawah Coach Shin Tae-yong yang menapak asa menuju (Semi) Final. Tentu doa dan semangat perlu kita berikan kepada mereka yang telah mengharumkan bangsa kita dimata dunia, bukan malah seperti yang membuat pemberitaan terpuruk akibat adanya nepotisme dan cawe-cawe oknum tertentu seperti yang dimuat media-media massa mainstream mancanegara dan dibahas di Komisi Hak Azasi PBB lalu… AMBYAR. (*)

Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes; 
Penulis adalah Menpora RI ke-11, 2013-2014 KIB ke-II

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *