INDOSatu.co – YOGYAKARTA – Wakil Menteri Luar Negeri RI, Arif Havas Oegroseno, menegaskan bahwa, diversifikasi perdagangan menjadi kunci keberhasilan Indonesia dalam menghadapi dinamika global.
Hal itu Havas sampaikan dalam kuliah umum di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Jumat (22/8), dengan menekankan pentingnya strategi Indonesia dalam memanfaatkan posisinya sebagai negara berpengaruh di Asia Tenggara.
Menurut Havas, Indonesia harus terbuka bekerja sama dengan mitra dari berbagai kawasan. Ia mencontohkan, ketika ekspor ke Amerika Serikat dikenakan tarif tinggi hingga 19 persen, Indonesia berhasil menjalin kesepakatan dengan Uni Eropa yang menurunkan tarif ekspor menjadi 0 persen.
“Sekarang kesempatan besar terbuka bagi eksportir tekstil, termasuk batik. Kalau jual ke Amerika kena 19 persen, ke Eropa bisa 0 persen. Ini peluang nyata yang sering tidak disorot media. Jadi kuncinya adalah diversifikasi, bukan hanya produk tetapi juga mitra dan kawasan dagang,” tegasnya.
Selain pasar Eropa, Havas menyoroti potensi besar di Afrika, Timur Tengah, dan Amerika Latin. Produk farmasi Indonesia, seperti vaksin Bio Farma dan Kalbe Farma, mendapat permintaan tinggi dari Afrika yang kini menjadi salah satu pasar utama. Bahkan, vaksin curah dari Indonesia kerap dikemas ulang dengan label lokal agar negara-negara tersebut merasa memiliki industri sendiri.
Tak hanya farmasi, Indonesia juga memiliki keunggulan pada produk alat kesehatan, salah satunya benang jahit operasi (suture) halal yang hanya diproduksi di Indonesia. Produk ini diminati oleh banyak negara Muslim dan menghasilkan kontrak besar dalam pameran internasional.
“Ketika kami ikut pameran Medica di Jerman, nilai MoU yang disepakati mencapai 200 juta dolar AS hanya untuk penjualan suture. Bahkan ada permintaan alat operasi halal. Meski terdengar tidak lazim, itu nyata dan menjadi peluang pasar luar biasa,” ungkapnya.
Havas menekankan bahwa Indonesia perlu mengubah perspektif terhadap negara-negara yang kerap dianggap tidak potensial. Meski beberapa negara di Afrika dan kawasan lain masih menghadapi tantangan ekonomi, kebutuhan mereka terhadap obat-obatan, alat kesehatan, dan produk lainnya justru sangat tinggi.
“Dalam kondisi politik dunia saat ini, kita tidak bisa hanya bergantung pada satu pintu. Diversifikasi adalah kunci keberhasilan perdagangan internasional kita,” pungkasnya. (*)



