INDOSatu.co – JAKARTA – Hubungan antara Presiden Prabowo Subianto dengan Presiden ke-7 Joko Widodo diduga sedang terjadi keretakan. Tengara tersebut disampaikan mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD.
Tengara tersebut diungkapkan Mahfud menyikapi pertemuan antara Presiden Prabowo dengan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri yang juga merupakan Presiden ke-5 Indonesia.
Kata Mahfud, ada dua kemungkinan yang membuat Prabowo mendekati Megawati. Pertama, loyalis yang sebelumnya menjadi kekuatan Jokowi, kini sudah berada di bawah genggaman Prabowo.
“Kemungkinannya itu dua, kenapa Pak Prabowo itu harus melangkah tergopoh-gopoh mendekati Pemred, mendekati Bu Mega, mengaku kesalahan dalam komunikasi publik, karena mungkin hubungannya dengan Pak Jokowi itu kemungkinannya ada dua,” ujar Mahfud dikutip INDOSatu.co dari YouTube pribadinya Mahfud MD Official, Rabu (16/4).
“Satu urusan Pak Jokowi sudah selesai karena anak buahnya sudah di bawah kendali dia,” lanjut Guru Besar Fakultas Hukum UII Yogyakarta itu.
Kemudian yang kedua, Mahfud melihat Prabowo mulai merasakan sinyal bahaya dari sosok Jokowi. Menurut akademisi asal Madura itu, Prabowo sudah sadar bahwa Jokowi sangat berbahaya bagi demokrasi Indonesia.
Dengan fenomena tersebut, sangat wajar jika Prabowo mendekati Megawati untuk mencari kekuatan baru yang bisa menyokongnya. Dan Megawati sepertinya well come, karena selama ini punya hubungan yang baik secara pribadi dengan Prabowo.
“Saya menganalisis kenapa Pak Prabowo tergopoh-gopoh ke Bu Mega, mungkin Pak Jokowi dianggap sudah selesai karena orang-orangnya sudah diambil semua. Mungkin juga dianggap semakin berbahaya Pak Jokowi,” tutur Mahfud.
Lanjut Mahfud, saat ini Prabowo berada dalam posisi terdesak dengan mencari banyak kawan guna menyokong kekuatan politiknya. Kesadaran Prabowo terhadap Jokowi yang berbahaya harus dibarengi dengan kekuatan politik besar.
“Sekarang situasinya mendesak agar dia memperbanyak kawan, karena bagaimanapun Bu Mega ini adalah ketua umum partai politik terbesar,” pungkas Mahfud. (*)