INDOSatu.co – JAKARTA – Sebelum dinikmati pemirsa di seluruh penjuru Tanah Air, Pemerhati Telematika dan Multimedia Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes mengunggah pratinjau dari film dokumenter Dirty Election yang mengupas kecurangan dan kejahatan dalam Pemilu 2024.
Dalam cuplikan videonya, eks Menpora di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu mengawali cerita tentang pelantang atau mikrofon yang pernah menghebohkan dalam debat cawapres beberapa waktu lalu.
“Alat semacam ini bisa dipakai sebagai awal dari kata curang atau kecurangan,” kata Roy Suryo dalam keterangan videonya kepada INDOSatu.co, Jumat (19/4).
Roy Suryo kemudian menjabarkan kemungkinan kecurangan perangkat pelantang yang berfungsi sebagai alat bantu bicara atau feeder. Menurut alumni FISIP UGM Yogyakarta itu, pelantang yang tampak hanya satu fungsi ternyata memiliki multi peran, antara lain memandu pembicara.
“Ibaratnya apa, angka itu juga bisa dipandu dari tempat lain, sehingga kita bisa diarahkan. Itu kata kunci berikutnya diarahkan menjadi angka itu juga bisa diarahkan,” ujarnya.
Dia menjelaskan, kecurangan dari pelantang yang kecil kemudian berubah menjadi kejahatan yang dilindungi dan terlindungi atau makin tidak kelihatan. “Inilah bukti kejahatan, alat semacam inilah,” kata Roy sambil mengeluarkan sound wear dari balik kerah bajunya.
Menurut Roy Suryo, film dokumenter Dirty Election akan membongkar kecurangan dan kejahatan dalam sistem informasi rekapitulasi pemilu atau Sirekap.
“Tadinya hanya curang, kemudian menjadi jahat karena kemudian muncul mens rea (niat jahat; Red). Dari curang menjadi jahat kita harus bongkar satu persatu,” ujarnya.
Film Dirty Election –judulnya mirip-mirip Dirty Vote yang viral sebelumnya– diproduksi oleh Aliansi Penegak Demokrasi Indonesia (APDI), beranggotakan para pakar IT Independen, TPDI, Perekat Nusantara, IA-ITB, KAPPAK dan KIPP.
Film dokumenter ini menampilkan Dr. Ir. Leony Lidya MT, Erick S Paat SH MH, Petrus Selestinus SH, Paulet Stanly Jemmy Mokolensang SH, Ir Hairul Anas Suaidi, Ir Akhmad Syarbini, Akhmad Akhyar Muttaqin ST, dan diakhiri Kaka Suminta.
Mereka akan menyampaikan paparan berbasis ilmiah dengan analisis berbasis sains sehingga mengesankan film ini bukan fiksi tetapi fakta kelam mengenai Pemilu dan Pilpres 2024. (adi/red)