Usai Hina Pengemis, Menaker Mundur, Presiden Kuba Akui Nyata Adanya

  • Bagikan
KATEGORI MISKIN: Penampakan salah satu sudut perkampungan di Havana, ibukota Kuba yang terlihat sangat kumuh. Kuba tergolong negara yang miskin akibat berbagai sanksi ekonomi negara maju, termasuk Amerika Serikat. (foto: AFP)

INDOSatu.co – KUBA – Menteri Tenaga Kerja Kuba Marta Elena Feito mengundurkan diri dari jabatannya pada Selasa (15/7). Penyebabnya sepele. Dia menganggap pengemis di Kuba merupakan pekerjaan yang pura-pura. Tak lama setelah mengeluarkan statemen itu, Marta Feito menuai kritik publik yang memintanya mundur sebagai menaker.

Marta Feito mengatakan bahwa di Kuba tidak ada pengemis. Yang ada hanyalah orang-orang yang menyamar sebagai pengemis. Pemandangan orang-orang mengemis atau mengais-ngais sampah telah menjadi hal yang lumrah di Kuba, seiring negara tersebut berjuang melawan inflasi yang tinggi, upah yang rendah, dan kekurangan pangan.

Dikutip dari AFP, karena tuntutan publik yang deras, Marta Feito diduga mengalami mengalami depresi dan mengundurkan diri hari Selasa di tengah keributan atas klaimnya bahwa orang-orang yang mengais-ngais tong sampah hanya berpura-pura miskin dan tidak benar-benar putus asa.

Baca juga :   Terbalik, 65 Pengungsi dan Migran Tewas Kecelakaan Kapal di Lepas Pantai Yaman

Pemandangan mengais-ngais di tong sampah telah menjadi hal yang umum di Kuba, terutama di Havana. Sebab, rakyat di negara komunis itu bergulat dengan inflasi yang tak terkendali, upah yang rendah, dan kekurangan makanan, yang mengakibatkan sebagian dari mereka terpaksa mengemis atau makan dari tempat sampah.

Marta Feito mengaku tak bisa berbuat banyak. Hanya saja, Marta Feito yang juga mengawasi sistem jaminan sosial, “mengakui kesalahannya dan mengajukan pengunduran dirinya”. Media pemerintah Kuba melaporkan hal ini pada hari Selasa, menambahkan bahwa ia telah menunjukkan “kurangnya objektivitas dan sensitivitas”.

Baca juga :   Bukan Sekadar Agenda, Ketua Umum PBNU Tegaskan R20 sebagai Gerakan Global

Tingkat kemiskinan meningkat tajam saat negara Karibia itu menghadapi krisis ekonomi terburuk dalam tiga dekade, yang ditandai dengan kekurangan makanan , obat-obatan, dan bahan bakar serta pemadaman listrik setiap hari.

Para pengamat menyalahkan kombinasi sanksi AS, salah urus ekonomi dalam negeri, dan pandemi Covid-19 yang menghancurkan industri pariwisata penting negara komunis tersebut.

Pada hari Senin, Marta Feito menyampaikan dalam rapat komite parlemen tentang langkah-langkah untuk menanggulangi kemiskinan bahwa orang-orang yang mengais makanan di tempat sampah sebenarnya berpakaian seperti pengemis.

“Kalau lihat tangan mereka, kalau lihat pakaian yang mereka kenakan, mereka menyamar sebagai pengemis. Mereka bukan pengemis. Di Kuba, tidak ada pengemis,” ujarnya dalam pernyataan yang disiarkan langsung di televisi pemerintah.

Baca juga :   Austria Cabut Turki dari Daftar Merah Covid-19

Pengguna media sosial di negara komunis itu bereaksi dengan marah, mengunggah foto orang-orang yang makan dari tong sampah, sementara ekonom Pedro Monreal berkomentar di X bahwa ada “orang-orang yang menyamar sebagai ‘menteri'” di Kuba.

Presiden Miguel Diaz-Canel memasuki keributan pada hari Selasa untuk mengecam “kurangnya kepekaan” Marta Feito.

Ia kemudian menyampaikan dalam sidang paripurna DPR bahwa “tidak seorang pun yang dapat bertindak dengan arogansi, bertindak dengan kepura-puraan, tanpa peduli dengan kenyataan yang terjadi”.

Pengemis, tambah Diaz-Canel, adalah “ekspresi nyata dari ketidaksetaraan sosial dan masalah” yang dihadapi Kuba. (*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *