Warga Keluhkan Debu dan Bau Batubara, PT SBI Tuban: Itu Dampak Cuaca

  • Bagikan
GANGGU WARGA: Aktivitas Pelabuhan PT Solusi Bangun Indonesia (SBI) untuk bongkar muat semen dan batubara membikin tidak nyaman warga. Warga sesak nafas karena aktivitas PT SBI tersebut.

INDOSatu.co – TUBAN – Warga desa sekitar PT Solusi Bangun Indonesia (PT SBI) Tuban mengeluhkan polusi debu dari batubara yang dibongkar di pelabuhan PT SBI di Desa Glondonggede, Kecamatan Jenu.

Warga mengeluh karena baunya yang mengganggu, dan debunya menyebabkan gangguan pernafasan. Anehnya, Corporate Communications Region 3 PT SBI justru bahwa munculnya bau dan debu itu akibat buruknya cuaca yang mengganggu proses pengiriman batubara.

Wartaqwan, salah seorang warga Glondonggede ketika dihubungi INDOSatu,co menyampaikan bahwa, debu dari proses pembongkaran batubara kerap dikeluhkan warga setempat. Selain itu, tentu debu dari semen juga sering mengganggu.

“Debunya bikin warga banyak yang sakit nafas. Kami sudah tutup pintu tiap kali ada pembongkaran batubara, namun tetap saja baunya masuk ke dalam rumah,” ungkap Wartaqwan, Senin (6/1).

Dia mengaku telah mengajukan protes kepada pihak RT, BPD, juga Pemerintah Desa. Akan tetapi, hingga kini belum ada tindak lanjut. Dia berharap ada solusi dari pihak desa dan juga pihak perusahaan mengatasi hal tersebut.

Baca juga :   Minta Honorer Dipertahankan, Sultan: Mereka Punya Beban Kerja yang Sama dengan ASN

Warga lain yang enggan disebut namanya juga menyampaikan, debu dari aktivitas pabrik PT SBI sangat mengganggu. Yang mengherankan, ketika aktivitasnya sangat mengganggu, justru tidak ada kompensasi untuk warga. Meski demikian, warga tersebut mendengar bahwa PT SBI sudah menyalurkan CSR ke desanya.

Sementara itu, Corporate Communications Region 3 PT SBI Ario Patra Nugraha menyampaikan, debu dari batu bara disebabkan oleh adanya self combustion akibat oksidasi dari batubara. Hal tersebut merupakan sifat alami dari batubara yang bisa terbakar sendiri ketika terpapar udara.

“Karena efek cuaca buruk, batubara yang harusnya dijadwalkan tanggal 5 Desember kemarin, baru bisa sampai di sini tanggal 5 Januari, sehingga sifat kimianya batubara bisa terbakar sendiri, dan kemarin itu benar-benar terbakar,” jelas Ario.

Baca juga :   Didominasi Wajah Baru, 10 Besar Caleg DPRD Jatim dari Dapil XII Jawa Timur

Ario menambahkan, kapal tongkang yang dioperatori PT Anugerah Bersama terlambat sampai di pelabuhan PT SBI Tuban. Kapal tersebut sempat bersandar di pulau Masalembu untuk berlindung dari cuaca buruk. Karena terlalu lama dalam perjalanan dan sifat kimia batubara yang dapat terbakar sendiri mengakibatkan batubara tersebut terbakar ketika hendak dibongkar.

“Kemarin awak kapal bersama tim dari kami memadamkan dulu apinya, sebelum akhirnya dibongkar untuk dimasukkan storage dengan conveyor belt,” ungkap Ario.

Dia menyampaikan bahwa sebelumnya tidak ada debu dari batubara. Adanya batubara yang terbakar itu yang menjadikan bau tersebut tercium hingga ke pemukiman warga sekitar pelabuhan.

Terkait adanya debu dari aktivitas pabrik, Ario telah mengusahakan sebisa mungkin untuk mengurangi adanya debu yang tertebaran. Dia juga menambahkan bahwa partikel semen yang kecil dan selalu mengusahakan supaya tidak tersebar karena semen itu sendiri yang diproduksi oleh perusahaannya, dan jika tersebar justru malah merugikan perusahaannya.

Baca juga :   Megawati Akhirnya Resmi Umumkan Ganjar sebagai Capres dari PDI Perjuangan

“Tidak mungkinlah kami sengaja menebarkan semennya, justru kami selalu berupaya untuk mengurangi semen itu tertebar,” ungkapnya.

Ditanya terkait kompensasi untuk masyarakat, Ario menyampaikan bahwa memang tidak ada kompensasi untuk masyarakat. Namun perusahaan secara aktif menyampaikan dana CSR untuk masyarakat sesuai peraturan yang berlaku.

Sementara itu, Daimun, Kepala Desa Glondonggede ketika ditemui INDOSatu.co menyampaikan bahwa pihaknya belum menerima laporan terkait gangguan dari aktivitas pabrik terhadap masyarakat. Dia juga menyampaikan jika ada laporan dari masyarakat akan segera ditindaklanjuti kepada pihak perusahaan.

“Saya tidak tahu ya. Justru malah baru tahu dari Sampean (wartawan INDOSatu.co, Red) tentang keluhan masyarakat itu,” ungkap Daimun. (*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *