Berharap Tidak Terbobokan dengan Topeng Merdeka, Faizal Anggap Rakyat Diperbudak

  • Bagikan
LAWAN KETIDAKADILAN: Kritikus dan Pemerhati Politik Kebangsaan, Faizal Assegaf mengatakan, peristiwa tragedi Rempang Melayu menunjukkan masih terjadi kesewenang-wenangan aparat keamanan terhadap warga.

INDOSatu.co – JAKARTA – Presiden Joko Widodo boleh berhalusinasi setinggi langit saat menyampaikan pidato kenegaraan di Gedung DPR/MPR RI dalam rangka HUT ke-78 Kemerdekaan RI, namun fakta lapangan justru jauh dari apa yang disampaikan oleh Jokowi.

”Ironi, Jokowi sebagai petugas partai PDIP, makin bertindak bobrok. Tiada hari tanpa kebohongan dan kemunafikan. Di hari kemerdekaan ini, yang terjadi rakyat justru dilecehkan dengan proyek patung Soekarno senilai 10 triliun,” kata Kritikus dan Pemerhati Politik Kebangsaan, Faizal Assegaf kepada INDOsatu.co, Rabu (16/8).

Baca juga :   Jokowi Terseret Skandal BTS, Lucunya Rumput JIS yang Disalahkan!

Merujuk perjalanan 78 tahun, kata Faizal, tujuan mulia kemerdekaan telah dimanipulasi untuk memperkaya segelintir orang. Negara dibajak oleh mereka yang berhati rakus, bermental pencuri dan penipu.

”Kenyataan busuk itu sangat jelas mengkhianati konsensus para pendiri negara yang tertulis dalam Pembukaan UUD 1945, bahwa; sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

”Di era rezim Jokowi, watak politik perbudakan sangat menyobek hati. Dari jendela mobil mewah presiden, Jokowi gemar melempar secuil bantuan. Melecehkan dan merendahkan martabat manusia,” ungkit Faizal.

Baca juga :   Sikapi Bloomberg, Sri Mulyani: Indikator Ekonomi Kita Lebih Baik dari Mereka

Sementara di atas meja kekuasaan, kata Faizal, berbagai kebijakan dibuat secara culas dan tanpa rasa keadilan. Aneka pajak mencekik, utang menumpuk, obral kekayaan alam dan pesta copet tikus berdasi tampak secara kasat mata.

”Penyelenggara negara melalui jalur demokrasi curang telah melahirkan penguasa jahat. Bertindak bebas tanpa pengawasan dari perwakilan partai di parlemen. Sama-sama bersekutu menggerogoti negara,” beber Faizal.

Kata Faizal, rakyat dan penguasa dalam praktik bernegara semakin memprihatinkan. Dia tidak ingin rakyat terbobokan dengan topeng dan pekik merdeka. Seolah budak melayani majikan. Realitas tak elok itu mempertegas cita-cita dan tujuan kemerdekaan dikhianati secara membabi buta.

Baca juga :   Basarah: Putusan MK yang Dibacakan Anwar Usman Bertentangan dengan Sikap Enam Hakim MK

Menurut Faizal, hanya manusia berakal dan beriman yang dapat memahami esensi kemerdekaan bangsanya. Mereka tak boleh diam, harus bangkit, bersatu mengakhiri ketidakadilan. tidak boleh bersikap pasif dan cuek. Sebab, dengan bangkit dan bersatu, perbudakan bisa segera diakhiri. ”Bertafakurlah di jalan Allah, Merdeka!,” pungkas Faizal. (adi/red)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *