PRESIDEN Joko Widodo (Jokowi) semakin gelisah. Kedua boneka yang dia siapkan, Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto, diprediksi banyak kalangan tidak akan menang Pilpres 2024. Jokowi sadar survei yang menempatkan Prabowo di urutan teratas dan Ganjar di posisi kedua, dan begitu sebaliknya, sungguh tidak bisa dipercaya publik. Artinya, Jokowi pun mulai menggunakan nalar sehatnya. Seperti kita semua yang tak percaya pada survei yang mengunggulkan Prabowo dan Ganjar.
Jokowi tampaknya mengakui Prabowo dan Ganjar sulit menang. Anies Baswedan tidak mungkin dikalahkan. Bahkan sebelum mantan gubernur DKI itu berpasangan dengan Muhaimin Iskandar alias Gus Imin pun, elektabilitas Anies terus tinggi, meski di beberapa hasil survei yang diduga bayaran, Anies menempti urutan nomor tiga.
Kegelisahan Jokowi melihat kerentanan Prabowo dan Ganjar mendorong munculnya wacana untuk memasangkan saja kedua capres boneka ini. Dengan begitu, Jokowi merasa pasti menang. Dan menang satu putaran. Namun, mungkinkah itu terjadi? Benarkah kedua calon boneka itu bisa mengalahkan pasangan Anies-Cak Imin (AMIN)?
Menandemkan Prabowo dan Ganjar, diyakini tidak akan memenuhi hasrat kekuasaan Jokowi. Prabowo-Ganjar atau Ganjar-Prabowo adalah kartu mati. Sebab, rakyat sudah sejak lama tahu bahwa, keduanya sepenuhnya boneka Jokowi. Boneka Jokowi berarti boneka oligarki.
Rakyat tidak akan pernah percaya kepada Prabowo maupun Ganjar. Prabowo masih menyimpan ‘masalah’ dengan para pendukungnya. Dia meninggalkan begitu saja pendukungnya yang berdarah-darah membela dia dalam Pilpres 2019 yang lalu. Di colong playu tinggal glanggang demi kenyamanan dirinya sendiri dan demi mengikuti apa kata adiknya Hashim Djojohadikusumo.
Dan berbicara tentang Hashim, dia ini adalah pengusaha yang mencari keuntungan di balik bergabungnya Prabowo ke kabinet Jokowi. Bahkan, ada cerita bahwa Hashim itu tidak ingin Prabowo menang di pilpres 2019. Karena dia melihat Peabowo akan mendekat dan didominasi umat Islam kalau menang waktu itu.
Sekarang ini, Hashim berjuang keras agar Prabowo menang Pilpres 2024. Dia merasa inilah momen yang pas dan tepat untuk kepentingan bisnisnya. Hashim punya banyak lahan yang akan dipakai IKN. Dia akan meraup keuntungan superbesar di IKN. Selain keuntungan material di IKN jika Prabowo menang, Hashim pun merasa senang karena umat Islam masih akan bisa ditindas di bawah kekuasaan abangnya itu. Ini yang diinginkan oleh Hashim.
Di atas itu semua, Jokowi akan menggunakan Prabowo sebagai tempat berlindung. Jokowi dan keluarganya diduga kuat terlibat dalam berbagai penyalahgunaan kekuasaan dan korupsi. Indikasi tentang ini sangat kuat. Secara psikologis, Jokowi menunjukkan keresahan kalau kelak dia turun dan penggantinya bukan salah satu boneka.
Karena itu, Jokowi juga berusaha agar Ganjar bisa menang. Ganjar dipastikan akan melindungi Jokowi dan keluarganya. Ingat, ketika aktivis antikorupsi, Ubedillah Badrun, melaporkan dugaan korupsi Kaesang Pangarep (anak Jokowi) ke KPK, laporan ini tidak dibantah oleh pihak mana pun. Tapi, hingga kini tidak ditindaklanjuti oleh KPK.
Kembali ke Ganjar, sebetulnya mantan Gubernur Jawa Tengah itu adalah boneka favorit Jokowi. Dibina dan dimentori sejak lama. Tapi akhirnya dirampas oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Kontrol atas Ganjar diambil alih sepenuhnya berada di tangan Megawati.
Akan tetapi, Ganjar tetap lebih suka menjadi boneka Jokowi, bukan boneka Mega. Ganjar lebih memilih tunduk pada Jokowi sebab koneksinya dengan oligarki taipan sangat kuat. Ganjar tahu dia perlu oligarki. Karena itu, mau Ganjar atau Prabowo yang menjadi presiden maka Jokowilah yang mengendalikan mereka. Persoalannya, apakah Ganjar atau Prabowo bisa menang?
Tanda-tanda alam tidak ada berpihak pada mereka. Dan secara faktual dan elektoral, Anies Baswedan memiliki relevansi dan frekuensi yang lebih pas dengan tuntutan perubahan. (*)
Asyari Usman;
Penulis adalah Jurnalis Freedom News, tinggal di Medan, Sumatera Utara.



